Tantangan tersebut mampu dijawab oleh para mahasiswa yang karyanya terpilih menjadi terbaik dalam perlombaan bertajuk "Kompetisi Nasional Mahasiswa Arsitektur Perancangan Pasar dan Ruang Pertunjukan" yang diinisiasi Biro Arsitek Aboday bekerja sama dengan Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Pelita Harapan (UPH).
Selain karya Johan M Sitio, dari Fakultas Teknik Arsitektur, Universitas Tanjung Pura, Pontianak, terpilih sebagai karya dengan interpretasi terbaik adalah milik Pandu Pujo Wicaksono, mahasiswa asal Universitas Diponegoro, Semarang. Ia berhak atas hadiah jalan-jalan ke Kyoto, Jepang.
Pandu mengajukan desain pemugaran Pasar Burung Karimata di Semarang, Jawa Tengah. Pasar tersebut tidak jauh dari rumahnya. Karena itu, dia tahu betul betapa padatnya pasar itu ketika diadakan lomba kicau burung berskala nasional. Ia mengaku, saat kejuaraan terjadi, sering melihat mobil-mobil dengan plat nomor polisi asing dari segala penjuru nusantara memenuhi jalan-jalan di sekitar pasar. Bahkan, mobil-mobil tersebut juga memenuhi area rumahnya.
Hal tersebut dan aktifitas pengupasan kulit jeruk menginspirasi karya desain Pandu. Untuk "mengakali" ruang, agar kios-kios penjual burung dapat terasa lebih lega, dan pengunjung juga dapat menonton lomba burung dari berbagai area, serta tersedianya lahan parkir, maka Pandu "mengangkat" pasar tersebut.
Lapangan tempat mengadakan acara seperti lomba burung, atau pergelaran tari berada di lantai terbawah. Di lapangan tersebut diberi dua pohon rindang. Dengan konstruksi melingkar dan terus naik berkeliling, terdapat kios-kios burung. Konstruksi pasar burung ini ditopang ratusan tiang-tiang kurus dengan jarak per tiang mencapai tiga meter. Jarak antar tiang membuat mobil dapat parkir di antaranya.
"Tujuan desain ini mengangkat potensi turis. Pergelaran seperti lomba burung lebih terwadahi, demikian juga kebutuhan warga sekitar," ujar Pandu kepada Kompas.com, di Jakarta, Kamis (11/7/2013).
Selain memberikan wadah bagi acara, bentuk desain pasar buatan Pandu juga berpusat pada kemudahan penonton menikmati acara dengan konstruksi berundak-undak. Ia mengedepankan masalah sirkulasi sebagai unsur utama yang harus diatasi, kemudian struktur, dan terakhir mengeksplorasi kemungkinan fungsi tambahan dari ruang rancangannya.
Menurut salah satu principal Aboday yang juga berperan sebagai perwakilan dewan juri, Rafael David, karya pasar burung ini sangat imajinatif dan sentrik terhadap produk dan lingkungan sekitar.