JAKARTA, KOMPAS.com - Bisa dihitung dengan sebelah jari tangan, jumlah pusat belanja yang ramai tenan dan pengunjung saat hari pertama beroperasi. Dari yang langka itu, hanya sedikit yang menawarkan kebaruan dan konsep berbeda.
Ciputra World Jakarta bolehlah berbangga. Pusat belanjanya yang bertajuk Lotte Shopping Avenue (LOVE), dikunjungi 5.000 kendaraan saat pembukaan perdana 22 Juni lalu. Hal ini tak lepas dari komitmen 70 persen tenan pengisi yang sudah beroperasi sejak hari pertama. Sehingga, kedatangan pengunjung tak mubazir. Mereka mendapat banyak pilihan tenan yang menyediakan barang dan berbagai kebutuhan untuk dilihat atau dibeli.
Prestasi LOVE disaingi oleh pusat belanja yang dikembangkan Summarecon Agung. Summarecon Mal Bekasi yang juga baru dibuka pada Jumat (28/6/2103), mencetak tingkat okupansi 91 persen. Di antara sejumlah pengisi tersebut, 75,3 persen telah beroperasi.
Keduanya mematahkan fenomena sepinya hari pertama operasional pada pusat belanja baru. LOVE dan Summarecon Mal Bekasi memang pengecualian. Kendati pada keduanya terdapat tenan-tenan generik, artinya tenan yang kita jumpai bisa didapati di pusat belanja lainnya, namun ada diferensiasi yang menstimulasi pengunjung berbondong-bondong datang.
Head of Capital Market and Investment Knight Frank Fakky Ismail Hidayat mengatakan, diferensiasi tersebut ada pada konsep dan desain pusat belanja yang bersangkutan. Unik saja tidak cukup, melainkan juga harus menawarkan sesuatu yang baru.
"Karakteristik orang Indonesia adalah suka akan hal baru yang belum pernah ada sebelumnya. Nah, jika saja para pengembang atau pengelola mal dapat menawarkan kebaruan, fenomena sepi tidak akan terjadi," jelas Fakky kepada Kompas.com, di Jakarta, Sabtu (29/6/2013).
Dari namanya saja, dengan embel-embel "shopping avenue", LOVE secara imej sudah memenangkan keingintahuan publik. "Shopping Avenue" memang berbeda dengan "plaza", "city", atau "mall". Belum lagi, tenan berbau Korea yang didatangkan Lotte Shopping Avenue Indonesia, bak api yang menyiram bensin. Asal tahu saja, kalangan muda urban metropolitan tengah gandrung dengan budaya popular Negeri Ginseng. Jadilah semuanya menyatu dalam relung gaya hidup di salah satu sudut ruas Satrio International Shopping Belt tersebut.
Sementara strategi Summarecon Agung meraup perhatian publik Bekasi adalah pengenaan insentif selama enam bulan pertama operasional terhadap tenan-tenan mereka. Insentif tersebut berupa pembebasan "rental fee" dan "service charge". Secara investasi dan kalkulasi ekonomis, pembebasan biaya sewa dan perawatan sama artinya dengan zero cost. Sementara tenan-tenan tersebut bisa mencetak omset secara utuh tiap hari tanpa dipusingkan dengan biaya pengeluaran.
"Dengan insentif seperti itu, partisipasi aktif para tenan menjadi maksimal. Mereka bersedia membuka gerainya secara bersama-sama. Ada dua pihak yang diuntungkan dari strategi ini, tenan dan pengunjung. Tenan mendapat omset, pengunjung terpenuhi kebutuhannya. Apalagi di sini sangat banyak tenan yang belum pernah buka di mal lainnya di Bekasi. Sebut saja The FoodHall," ungkap Direktur Summarecon Agung, Sugianto Nagaria.
Sedangkan Grup Pondok Indah betul-betul menekankan pada kekuatan gagasan dalam menciptakan "event-event" promosi pada pusat-pusat belanja yang mereka kembangkan. Tahun lalu, Pondok Indah Mall 2 menggelar Ice Skating Portable pertama di Indonesia. Hal ini mendorong jumlah kunjungannya melonjak berkali-kali lipat.
"Tahun 2012, jumlah pengunjung yang datang mencapai lebih dari 30 juta orang. Kreativitas dalam mempromosikan mal sangat mutlak dilakukan. Ini berpengaruh pada tingkat hunian dan juga tingkat operasional (tenan yang buka), sehingga mencapai angka sempurna 100 persen," buka General Manager Pondok Indah Mall, Eka Dewanto.