Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awas, Jangan Tertipu Pengembang "Lebay"!

Kompas.com - 06/10/2011, 12:59 WIB

KOMPAS.com - Tak sedikit kasus calon konsumen rumah dirugikan akibat buruknya komitmen pengembang menepati janji-janji yang dipaparkan saat menawarkan produknya. Sekali lagi, sesal setelah membeli tiada guna.

Sebutlah misalnya, seorang calon pembeli rumah sudah membayar tak kurang dari Rp 50 juta sebagai uang muka bakal rumahnya. Dalam perjalanan, lokasi calon rumahnya itu ternyata akan dilewati oleh proyek jalan tol.

Ini terjadi bukan satu atau dua kasus. Di Jakarta, ratusan orang mengalami hal sama dan menuntut pengembang mengembalikan uang yang sudah disetorkan, plus bunganya. Pengembang ingkar dan kasusnya berlarut-larut.

Janji tinggal janji. Warga di perumahan lain juga dibuat kesal, karena janji pengembang membangun arena pusat kebugaran (sports club) hanya tinggal janji. Belakangan malah sebuah sekolah menengah atas berdiri di atas lahan yang tadinya dijanjikan untuk arena sports club itu. Akibatnya, lalu lintas dan ketenangan warga jadi terganggu karena munculnya sekolah baru di perumahan mereka.

Di tempat lain, seorang pembeli rumah harus marah-marah ke pengembang lantaran umum menuju lokasi rumahnya tidak segera diperkeras. Toh, tetap tidak ada perubahan sudah banyak warga yang menghuni.

Akibatnya, jalanan menuju rumah sudah layaknya sungai. Jalan bergelombang di kala kemarau, dan menggenang di musim hujan.

Memang, kasus-kasus semacam ini ratusan, bahkan mungkin ribuan kali terjadi. Hanya segelintir saja yang terekspos ke permukaan karena pada umumnya warga malas mengadukannya, atau malah putus asa, atau ingin mengadu tapi tak tahu ke mana.

Apakah ini sedang terjadi pada Anda?

Pelanggaran komitmen

Kasus paling banyak terjadi yang mengakibatkan seorang konsumen dirugikan adalah jadwal serah-terima kunci meleset dari waktu yang sudah dijanjikan. Melesetnya pun tidak pernah lebih cepat dari jadwal, karena selalu lebih lambat. Bahkan, sudah menjadi kelaziman, bahwa serah terima kunci seolah-olah memang harus terlambat.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com