Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WN Indonesia, Pembeli Kedua Terbesar Kondominium Singapura

Kompas.com - 17/02/2010, 17:47 WIB

KOMPAS.com - Singapura masih menjadi magnet bagi warga kaya di Indonesia. Tidak hanya menjadi pusat pelesir dan belanja, Singapura juga menjadi tujuan investasi menggoda warga Negeri Burung Garuda ini. Salah satu instrumen investasi paling favorit adalah properti.

Berdasarkan hasil riset Jones Lang LaSalle, lembaga konsultan properti, warga negara Indonesia (WNI) merupakan pembeli kedua terbesar kondominium di Singapura sepanjang tahun 2009. Bahkan, sampai 2007 silam, warga Indonesia merupakan pembeli terbesar kondominium Negeri Merlion
 
Kepala Riset Jones Lang LaSalle Indonesia Anton Sitorus menuturkan, kehadiran warga dari berbagai negara Asia di Singapura telah memangkas dominasi WNI di pasar properti. Tahun lalu, sekitar 26 persen pembeli properti di Singapura merupakan Malaysia. Pembeli yang berstatus WNI hanya 19 persen.

Setidaknya ada empat alasan sehingga banyak WNI memutar uang dalam bentuk properti di Singapura. Pertama, tingkat kepastian hukum di Singapura jelas dan transparan. Dengan demikian, investor merasa nyaman untuk berinvestasi. Kedua, kondisi sosial, ekonomi, dan politik negeri kepulauan itu sangat stabil. Di samping itu, tingkat keamanan Singapura di atas rata-rata negara tetangganya.

Ketiga, kenaikan harga properti di Singapura cukup tinggi, sekitar 10 persen sampai 20 persen per tahun. “Jika menyewakan properti, pemilik bisa mengantongi return 4 persen – 5 persen per tahun,” tutur Maikel Tanudjaya, Asisten Manajer Pemasaran Far East Organization, perusahaan pemasaran properti terbesar di Singapura.

Keempat, letak Singapura sangat dekat dengan Indonesia. Kedekatan lokasi ini menjadi alasan bagi warga Indonesia menyekolahkan anak mereka di Negeri Singa. Tidak sedikit warga kelas atas Indonesia yang membelikan rumah bagi anak-anak mereka yang sedang menuntut ilmu di negeri itu.

Ilham M. Wijaya, Direktur Badan Pendidikan dan Latihan DPP REI, mengatakan kesamaan budaya juga menjadi pertimbangan konsumen saat membeli properti di luar negeri. “Budaya kita dan Singapura tak jauh berbeda,” kata dia.

Harga-harga properti sudah membubung tinggi
Maikel menuturkan, minat WNI untuk memiliki properti di Singapura masih cukup tinggi. Mereka mengincar lokasi-lokasi strategis, seperti di seputar Jalan Orchard, Bukit Timah, Newton, dan Novena. Maklum, tempat itu merupakan surga belanja dan berdekatan dengan sekolah-sekolah papan atas. Anton bilang, hampir 40 persen pembeli properti asal Indonesia memilih kondominium kelas atas.

Bagaimana dengan harga? Karena berlokasi di kawasan elite, harga kondominium cukup mahal, berkisar 1 juta dollar Singapura – 6 juta dollar Singapura, atau setara Rp 7 miliar hingga Rp 40,2 miliar per unit.

Contohnya apartemen L’VIV yang berlokasi di Distrik 11 dekat Orchard. Harga ruangan seluas 614 per kaki persegi atau square feet (sqft) itu dipatok 850.000 dollar AS (Rp 7,9 miliar).

Bagi peminat unit kondominium yang kini gencar ditawarkan di Jakarta ini, konsumen cukup membayar uang muka 20 persen. Maikel mengungkapkan, rata-rata harga properti di Singapura  antara 1.000 dollar Singapura – 2.500 dollar Singapura per kaki persegi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com