JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mendorong pembentukan pusat penelitian likuefaksi yang melibatkan para peneliti internasional.
Hal tersebut disampaikan Basuki saat menghadiri pertemuan 4th UN Special Thematic Session on Water and Disasters di Markas PBB, New York, Senin (24/6/2019).
Basuki yang juga merupakan Wakil Ketua High-Level Experts and Leaders Panel (HELP) on Water and Disasters, menyatakan, gempa di Sulawesi Tengah yang terjadi pada tahun lalu menjadi pelajaran berharga bagi Indonesia untuk meningkatkan perencanaan dan kesiapan infrastruktur serta kesiagaan masyarakat.
Sebagai negara yang berada pada sabuk vulkanis, Indonesia rentan dengan bencana gempa bumi dan tsunami.
Besarnya potensi kerugian yang ditimbulkan atas bencana yang terjadi, mendorong pemerintah untuk tidak hanya fokus mencari penyebab bencana tetapi juga solusi melalui penelitian sebagai upaya mitigasi agar Indonesia lebih tangguh dan aman bencana.
Basuki pun mengajak kerjasama internasional yang lebih erat guna membangun ketahanan negara dalam menghadapi bencana.
"Saya ingin meningkatkan kesadaran dunia khususnya untuk negara-negara tertentu yang mungkin memiliki kondisi geologis serupa seperti Palu. Lewat pusat penelitian tersebut, diharapkan dapat dihasilkan penelitian likuifikasi yang semakin kaya dan berkualitas tinggi di seluruh dunia," cetusnya.
Dari data pengeboran geoteknik dan analisis menunjukkan kondisi tipikal area yang terkena likuefaksi sebagai berikut:
- Permukaan air tanah dangkal.
- Terdapat lapisan akuifer tertekan.
- Terdapat kemiringan permukaan tanah, walaupun sudut kemiringan sangat kecil (tanah tidak datar sempurna).
- Lapisan endapan didominasi oleh tanah berpasir (tanah aluvial) dengan tingkat kepadatan rendah.
- Terdapat lapisan tanah mendatar dengan tingkat permeabilitas rendah (agak kedap).
Untuk diketahui, pelaksanaan 4th UN Special Thematic Session on Water and Disasters merupakan bagian dari pertemuan 13th HELP on Water and Disasters yang diadakan esok harinya pada Selasa (25/6/2019).
HELP yang kini dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Korea Selatan Han Seung So merupakan salah satu panel tenaga ahli yang memberikan masukan bagi Sekretariat Jenderal PBB bidang pengelolaan sumber daya air dan penanggulangan bencana.
Pertemuan HELP dihadiri oleh para pengambil keputusan, pucuk pimpinan pemerintahan, para ahli dan praktisi dari berbagai negara, seperti Jepang, Belanda, Korea Selatan, Australia hingga negara-negara Afrika.
Pertemuan HELP sekaligus merupakan forum untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam manajemen bencana, antara lain kejadian gempa bumi di Sulawesi Tengah pada akhir September 2018 yang diikuti dengan tsunami dan likuifaksi.
Peristiwa fatalistik ini tengah menarik minat para anggota HELP untuk mengkaji lebih jauh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.