JAKARTA, KOMPAS.com - Rumah kontainer berteknologi dual power yang diciptakan oleh Tropical Renewable Energy Center Fakultas Teknik Universitas Indonesia (TREC FTUI) diklaim cocok untuk berbagai kalangan.
Selain untuk keluarga, rumah bernama Sofwan House ini juga bisa ditempati oleh generasi muda atau milenial yang suka mendesain rumah sesuai seleranya.
"Rumah ini cocok untuk kaum milenial, posisi kontainernya bisa diubah dan ditambah dengan gaya masing-masing," ujar Direktur PT Radiant Utama Interinsco Sofwan Alfarisi dalam peresmian rumah kontainer dual power di Eng Park FTUI, Depok, Kamis (25/10/2018).
Baca juga: Rumah Kontainer Dual Power Hanya Rp 200 Juta
Di samping itu, rumah ini bisa dipindahkan ke lokasi lain karena kontainer bisa ditempatkan di truk yang mampu bergerak ke mana-mana.
"Ujung-ujungnya ekonomis, bisa dipakai di mana-mana," tambahnya.
Sofwan merupakan seorang donatur sekaligus alumnus FTUI yang bekerja sama dengan TREC FTUI untuk membangun rumah kontainer itu.
Rumah ini menjadi salah satu impiannya menghadirkan hunian yang nyaman, ramah lingkungan, dengan harga terjangkau.
Dia pun berkeinginan rumah seperti ini dibuat di area terpencil, misalnya di pedesaan, daerah perbatasan, dan lokasi transmigrasi.
"Yang saya inginkan juga bisa untuk daerah terpencil yang jarang penduduknya," kata Sofwan.
Sebelumnya, Direktur TREC FTUI Eko Adhi Setiawan mengatakan, biaya yang dibutuhkan untuk membuat rumah kontainer ini lebih kurang Rp 200 juta. Nominal ini sudah termasuk teknologi peralatan dan kontainernya.
“Biayanya Rp 200 juta untuk rumah sudah jadi,” ucap Eko.
Menurut dia, teknologi ini bisa digunakan untuk berbagai tipe rumah, mulai dari tipe 36 hingga yang lebih besar.
Baca juga: Pertama di Indonesia, Rumah Kontainer Berteknologi Listrik Ganda
Desain rumahnya pun bebas, tergantung keinginan dan kebutuhan orang yang menempatinya. Begitu pula dengan material rumah bisa menggunakan batu bata atau bahan lain.
Penggunaan kontainer menjadi rumah ini karena keinginan memanfaatkan barang-barang yang tidak terpakai.
“Prinsipnya ini gabungan antara efektivitas penggunaan listrik energi terbarukan dengan pemanfaatan limbah berupa kontainer,” jelas Eko.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.