Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IAI Tak Terima Arsitek Lokal Dianggap Tak Cakap Rancang Gedung Tinggi

Kompas.com - 17/09/2018, 20:47 WIB
Dani Prabowo,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Meski sudah mulai diakui, namun baru sedikit arsitek lokal yang digandeng pengembang untuk menggarap gedung tinggi dengan tingkat kesulitan lebih kompleks.

Pengembang cenderung memilih arsitek asing yang memiliki jam terbang tinggi demi meminimalisasi risiko.

Namun, anggapan tersebut ditepis Ketua DPD Ikatan Arsitek Jawa Barat Georgius Budi Yulianto.

Baca juga: Akhir Pekan Ini, IAI Bakal Punya Ketua Umum Baru

"Kami ini kalau dibilang arsitek ini tidak sanggup, salah. Karena kami pun pernah mengerjakan proyek sampai 33 lantai," kata Georgius menjawab pertanyaan Kompas.com, Senin (17/9/2018).

Menurut dia, banyak arsitek dalam negeri yang memiliki kemampuan dan pengalaman dalam merancang gedung tinggi.

Hal senada juga disampaikan Ketua Kehormatan DPP IAI Robby Dwikojuliardi. Bahkan, kata dia, tak sedikit arsitek lokal yang masih duduk di bangku kuliah mendapat penghargaan dari luar negeri.

"Jadi, penghargaan terhadap karya-karya kita itu dikebiri dengan hal-hal yang namanya 'ini lho arsitek dari luar itu lebih bagus, lebih hebat dari pada kami'," cetus Robby.

Menurut Robby, seharusnya pengembang dan pemerintah memberikan banyak kesempatan kepada arsitek lokal untuk berkiprah.

Sebelumnya, Corporate Secretary PT Intiland Development Tbk Theresia Rustandi mengatakan, ada beberapa alasan yang membuat pengembang lebih memilih arsitek asing dalam merancang proyek bangunan tinggi.

Selain jam terbang, desain yang ditawarkan arsitek asing cenderung kekinian. Sehingga hasil karya mereka lebih dilirik oleh konsumen.

"Kami perlu konsep-konsep yang baru sesuai perkembangan arsitektur dunia, perkembangan habit dan kebutuhan pasar," kata Theresia kepada Kompas.com, Jumat (29/6/2018).

Meski demikian, bukan berarti dalam setiap pekerjaan proyek bangunan jangkung, arsitek lokal tidak dilibatkan.

Pelibatan tetap dilakukan guna memberikan transfer of knowledge dan teknologi kepada arsitek dalam negeri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com