JAKARTA, KOMPAS.com - Sentuhan warna-warna segar, mulai warna pastel hingga brass finishing diyakini akan memberikan nuansa tenang dan santai dari dalam rumah. Warna tersebut masih menjadi tren furnitur yang ada di Indonesia.
"Tapi, dimensi furnitur harus disesuaikan dengan hunian terbatas. Detail desain elegan memakai bahan leather, warna-warna pastel sampai brass finishing menjadi jawaban bagi para konsumen yang menginginkan sebuah tampilan interior yang stylish dan milenial," ujar Erika Amalia, CEO Nestudio, pada acara diskusi dan temu media, Rabu (5/9/2018).
Makin pesatnya kebutuhan pasar akan hunian urban dan ciri khas furnitur yang memiliki detail eksklusif, lanjut Erika, menimbulkan optimisme Nestudio untuk bisa diterima di pasar ritel interior Indonesia.
Nestudio merupakan perusahaan produk furnitur dan kebutuhan rumah tangga. Sebagai bagian dari Djarum Group, produk Nestudio dibuat oleh manufaktur Indonesia, Istana Kudos Furnitur, yang jam terbangnya sudah lebih 20 tahun dan menghasilkan produk premium seperti West Elm, William Sonoma, Pottery Barn Tribu dan banyak lagi.
"Kami berusaha mengedepankan aspek-aspek yang mampu mengakomodasi kebutuhan pemiliknya, yaitu menjadikan rumah sebagai tempat yang enak dihuni sekaligus mencerminkan karakter si pemilik. Untuk itu, kenyamanan dan style menjadi dua elemen yang harus kami perhatikan," ucap Erika.
Mengenai karakter desain yang dimiliki, Erika menjelaskan, Nestudio memiliki desain yang segar untuk keluar dari kungkungan produk sejenis yang polanya cenderung monoton. Salah satunya adalah mid century glam yang menjadikan gaya produk furniturnya sangat timeless.
"Kekuatannya ada pada detailnya. Furnitur yang punya personal statement yang kuat itu akan menjadikannya timeless. Karakter mid century glam ini sangat ikonik di industri mebel internasional," tambah Erika.
Pada diskusi bertema "A Nest is more than just a home" itu hadir juga Lea Aziz dari Himpunan Desainer Interior se-Indonesia (HDII). Lea Aziz mengatakan, sebagai produk anak bangsa Nestudio harus bisa menjadi acuan bagi industri furnitur dalam negeri, yakni menjadi trendsetter di industri ritel furnitur.
"Nestudio punya kesempatan untuk menumbuhkan produk-produk furnitur inovatif karya para desainer Indonesia. Ini peluang Nestudio menggarap pasar ritel furnitur di dalam negeri yang masih sangat terbuka lebar," kata Lea.
"Melihat pertumbuhan pasar ritel furnitur saat ini sebenarnya sudah sangat berkembang dan cukup banyak pilihan. Tapi, secara kualitas belum semuanya dapat dipertanggungjawabkan, padahal home furnishing itu butuh penanganan spesial," tambah Lea.
Berdasarkan data 2017 lalu, capaian ekspor furnitur Tanah Air hanya tumbuh tipis dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, optimisme pelaku usaha dalam negeri terhadap bisnis ini masih cukup tinggi.
Catatan Kompas.com, pada 2016 lalu nilai ekspor mebel Indonesia hanya 1,6 miliar dollar AS atau turun sekitar 300 juta dollar AS dibandingkan 2015. Sementara untuk ekspor kerajinan hanya berada pada kisaran 800 juta dollar AS.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.