BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Verde Two

Waspada Bau Apak, Tanda Polusi Ada Dalam Ruangan

Kompas.com - 14/08/2018, 08:11 WIB
Dimas Wahyu,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Pernah mencium bau apak saat masuk tempat tinggal? Bau ini mungkin tercium lantaran rumah ditinggal liburan panjang atau bepergian seharian.

Bau bisa timbul karena tingginya kandungan air dalam ruangan, atau yang biasa kita sebut “lembab”. Air tersebut dapat muncul dari embun yang tertinggal di dalam ruangan karena kurangnya sirkulasi udara yang baik.

Bila dibiarkan, ruangan yang terlalu lembab justru dapat menjadi sarang tumbuhnya jamur dan bakteri, yang sebenarnya tidak boleh dibiarkan karena dapat mempengaruhi kualitas kesehatan dan barang-barang yang ada dalam ruangan.

Zaman dulu kita terbiasa membuka pintu atau jendela untuk membiarkan aliran udara segar dan sinar matahari pagi masuk ke rumah. Namun dengan kualitas udara Jakarta sekarang yang bisa mencapai 7 kali dari batas aman Badan Kesehatan Dunia (WHO), membiarkan udara kotor masuk ke dalam hunian justru semakin membahayakan kesehatan kita dan keluarga.

"Kita dapat rekor nomor satu untuk hal yang tidak boleh diselebrasikan, yaitu indeks kualitas udara terburuk di dunia ... Biasanya posisi teratas itu Beijing, Lahor, New Delhi, dan Daka," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno dikutip Kompas.com.

Baca: Sandiaga: Jakarta, Kota dengan Indeks Kualitas Udara Terburuk di Dunia
 

Ilustrasi ruangan lembab Ilustrasi ruangan lembab

Tak heran bila banyak dari kita yang memilih menutup rapat pintu dan jendela ruangan agar terhindari dari polusi udara dan menjaga dinginnya AC ruangan.

Namun serba salah, ruangan akan semakin tidak sehat tanpa sirkulasi udara yang baik, apalagi saat ditinggal dalam waktu yang lama.

Dalam publikasi "Mold Prevention", Profesor Kathleen Parrott dari Fakultas Teknik Universitas Virginia menulis bahwa sebagian besar jamur akan tumbuh pada tingkat kelembaban 70-90 persen. Idealnya, tubuh manusia akan merasa nyaman dengan level kelembaban 40-50 persen.

Lumut dan jamur yang tumbuh subur dapat merusak furnitur, bahkan koleksi benda seni. New York Times sendiri sempat membahas dalam “Keeping Art, and Climate, Controlled” bahwa benda seni di museum-museum dunia harus berada di suhu 21 derajat celsius dengan tingkat kelembaban 55 persen agar tetap terjaga kondisi fisiknya.

Jadi jangan kaget bila koleksi benda seni berharga mahal di tempat tinggal pun bisa ikut-ikutan rusak (sobek, terkelupas, rengat) karena efek kelembaban tinggi.

Terus-menerus terpapar bakteri juga akan mengganggu kesehatan penghuni ruangan, seperti gangguan pernapasan asma atau penyakit paru-paru.

Terlebih lagi bagi ibu hamil yang sistem kekebalan tubuhnya sedang fluktuatif, dan anak-anak yang dalam masa pertumbuhannya akan menghirup udara lebih banyak dari orang dewasa.

Baca: Sering Batuk Pilek? Cek Lagi Kondisi Udara Tempat Tinggal

Ilustrasi persentase kelembaban ruang Ilustrasi persentase kelembaban ruang
Lantas, bagaimana hunian kita bisa mendapatkan sirkulasi udara yang bersih berkualitas di tengah kota Jakarta?

Untuk alasan kesehatan jangka pendek dan panjang, sirkulasi udara yang baik menjadi faktor penting dalam memilih hunian. Di sisi lain, AC dan kipas angin bisa mengurangi kelembaban dan membuat udara kering. Namun jika ruangan dirasa harus selalu tertutup, maka udara yang berputar pun artinya akan yang itu-itu saja.

Idealnya, hunian membutuhkan sistem sirkulasi udara yang terkontrol. Udara luar ruangan bisa masuk, dan harus terhindar dari kualitasnya yang buruk.

Farpoint, pengembang hunian apartemen Verde Two di kawasan Kuningan CBD, memperkenalkan teknologi AC pertama dan satu-satunya di Indonesia yang mendukung sirkulasi udara bersih ke dalam hunian.

Ruang tengah Verde Two Monteverde Tower Ruang tengah Verde Two Monteverde Tower
Berbeda dengan air purifier, teknologi ini dilengkapi sistem filtrasi udara ganda yang memperbaiki kualitas udara dalam hunian, mengatur suhu ruangan, dan mengurangi kelembaban.

Teknologi ini dihadirkan dalam 124 unit eksklusif Verde Two Monteverde Tower untuk menjawab kebutuhan sirkulasi udara bersih dalam hunian yang mampu menghalau PM2.5 (partikel berukuran 2.5 mikrometer).

PM2.5 dikenal sebagai partikel halus berbahaya yang dihasilkan emisi kendaraan bermotor, pabrik, kebakaran hutan, hingga asap rumah tangga.

PM2.5 disebut sebagai “pembunuh senyap” karena ukurannya yang hanya sepertiga puluh diameter dari sehelai rambut manusia, hingga mudah terhirup langsung ke dalam tubuh dan mengendap dalam aliran darah manusia.

Menurut WHO, menghirup PM2.5 dalam batas tidak aman dalam jangka panjang menjadi salah satu penyebab kanker paru-paru.

Di Verde Two Monteverde Tower, sistem filter pemurni udara PM2.5 ini dapat dinyalakan untuk bekerja secara terpisah dengan sistem AC. Artinya, sistem dapat tetap menyala sendiri untuk menghasilkan sirkulasi udara yang baik meski kita harus meninggalkan hunian dalam waktu lama.  

Tujuannya agar hunian mewah tidak sekadar cantik secara estetika. Namun, kesehatan semua penghuni rumah tetap terjaga, tanpa perlu lagi khawatir akan polusi dan tingkat kelembaban dalam hunian, berkat aliran udara bersih dan berkualitas yang mengalir ke dalam hunian setiap harinya.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau