JAKARTA, KOMPAS.com - Pembangunan Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek (Elevated) merupakan salah satu upaya mengatasi kemacetan di koridor tersebut.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR Herry Trisaputra Zuna tak menampik bila investasi yang dibutuhkan untuk membangun jalan tol ini cukup mahal.
Namun, pemerintah berhasil menekannya dengan memanfaatkan right of way (ROW) yang ada.
Baca juga: Mudik 2019, Tol Layang Jakarta-Cikampek Bisa Digunakan
"Karena membangun di tempat yang tanahnya belum ada, itu perlu proses. Itu pun harga tanahnya bisa sampai lebih mahal dari konstruksi yang at grade (di atas tanah)," kata Herry dalam sebuah talkshow di Jak TV bertajuk Tol di Atas Tol (Jakarta-Cikampek), Senin (23/7/2018) malam.
Untuk pembebasan lahan saja, ia mengungkapkan, diperlukan anggaran sekitar Rp 50 miliar per kilometer atau Rp 1,9 triliun bila menggunakan jenis konstruksi layang saat ini.
Sementara, bila konstruksi dibangun di atas permukaan tanah, maka anggaran yang harus dikeluarkan bisa lebih dari Rp 100 miliar per kilometer.
"Coba bayangkan. Untuk mendapatkan hasil yang lebih cepat, kita harus manfaatkan ROW yang ada, sehingga kita bisa langsung bangun, jadi 2019," jelas Herry.
Saat ini, pekerjaan konstruksi Tol Jakarta-Cikampek II telah mencapai 40 persen. PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek selaku badan usaha yang akan mengelola tol ini menargetkan, pembangunannya rampung pada Maret 2019.
Dengan demikian, tol yang dibangun dengan investasi mencapai Rp 13,5 triliun ini dapat difungsikan pada saat musim Lebaran tahun depan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.