SEATTLE, KOMPAS.com - Kedai kopi kelas global Starbucks kian terseret dalam nestapa ritel. Setelah mengumumkan penutupan ratusan gerai, saham mereka sontak rontok.
Untuk diketahui, Starbucks baru saja melansir kabar pilu. Sebanyak 150 gerai di seluruh Amerika Serikat mengalami kebangkrutan.
Rupanya, tak butuh waktu lama untuk dampak lanjutannya. Pasca isu nelangsa berembus, saham Starbucks ikut terombang-ambing dan anjlok sedikitnya 10 persen pada Rabu (20/6/2018).
Baca juga: 150 Gerai Starbucks Bangkrut
Melansir CNBC, Kamis (21/6/2018), penurunan hingga 10 persen tersebut merupakan rekor terburuk Starbucks dalam 52 pekan terakhir.
Kabar penutupan 150 gerai Starbucks memang mengejutkan sejumlah pihak, termasuk investor. Kabar seperti itu bukan hal jamak untuk peritel kondang seperti Starbucks.
Dalam kondisi normal, Starbucks hanya menutup paling maksimal 50 toko setiap tahunnya.
Orang nomor satu Starbucks sudah angkat bicara terkait sengkarut perusahaan.
Menurut Chief Executive Officer Starbucks Kevin Johnson, pihaknya perlu memulai transformasi radikal agar bisnis tak karam.
"Performa bisnis kami tidak mencerminkan potensi terbaiknya. Ini sungguh tidak wajar," cetusnya.
Tak hanya menyesuaikan diri dengan tren digital, Starbucks juga mengubah racikan menunya. Peritel itu berniat menambah minuman lebih menyehatkan, contohnya mangga.
Baca juga: Supaya Tak Bangkrut, Starbucks Harus Benahi Dua Hal Ini...
Kevin turut berharap, insiden bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) tak lagi terjadi di dalam tokonya.
Peristiwa SARA oleh oknum karyawannya April lalu di Philadelphia dipandang Kevin ikut berkontribusi pada luluh lantaknya bisnis Starbucks saat ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.