Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serba-Serbi Mudik Lebaran, Macet Bukan Halangan demi Lepas Kerinduan

Kompas.com - 05/06/2018, 03:38 WIB
Aningtias Jatmika,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Tradisi mudik telah mengakar dalam budaya masyarakat Indonesia. Konon, mudik sudah dilakukan sejak zaman Kerajaan Majapahit.

Diwartakan Intisari Online, Rabu (21/6/2017), pada masa itu petani Jawa yang merantau akan kembali (pulang) sebentar atau mulih dilik (mudik) ke kampung halaman untuk membersihkan makam leluhur.

Tradisi pulang kampung jelang Lebaran pernah menjadi sorotan lewat sebuah tulisan di Harian Kompas bertajuk “Tiap Mendjelang Hari2 Raya, Penduduk Djakarta Banjak Berkurang” yang terbit pada 10 Desember 1969.

Pada saat Lebaran-lah, masyarakat di berbagai kota seakan “hijrah” ke kampung halaman mereka demi merayakan Idul Fitri bersama keluarga.

(Baca: Serunya Tradisi Lebaran di Nusantara, dari Aceh hingga Papua)

Berbagai jalur, mulai darat, laut, hingga udara, ditempuh agar sampai ke kampung halaman. Namun, dibandingkan jalur laut dan udara, jalur darat melalui jalan raya dengan menggunakan kendaraan pribadi rupanya paling diminati.

Kementerian Perhubungan memprediksi, jumlah pemudik sepeda motor akan meningkat 33,33 persen dibandingkan tahun lalu yang hanya 6,39 juta unit. Jadi, tahun ini akan ada sekitar 8,52 unit sepeda motor yang memenuhi jalur darat.

Sementara itu, kendaraan pribadi roda empat yang akan digunakan untuk mudik Lebaran tahun ini mencapai 3,72 juta unit. Jumlah itu meningkat 16,69 persen dibandingkan 2017 yang hanya berjumlah 3,19 juta unit.

Tingginya animo masyarakat untuk mudik saat Hari Raya tentu berimbas pada munculnya kemacetan di berbagai titik, desak-desakan di tempat umum, seperti bandara dan stasiun kereta, serta kenaikan harga tiket sarana transportasi.

(Baca: Persiapan Mudik 2018, Kemenhub Minta Pemda Atur Pasar Tumpah)

Namun, semua hal ini tidak akan pernah menyurutkan niat para pemudik untuk bisa merayakan Lebaran di kampung halaman. Tiap tahunnya mudik akan selalu menjadi ajang silaturahmi keluarga.

Selain bersilaturahmi, ke kampung halaman rasanya tak lengkap jika belum berziarah untuk merawat silsilah dan asal-usul diri, takbir mengelilingi desa, ikut larut dalam tradisi setempat, serta membuat dan menikmati makanan khas daerah.

“Sakralnya” momen mudik ini membuat seluruh pihak, baik pemudik maupun Pemerintah, selalu berbenah dan mempersiapkan banyak hal agar agenda ini berjalan lancar, mulai dari awal perjalanan hingga kembali ke perantauan.

Hingga pada akhirnya, mudik akan menjadi spesial karena kehadirannya selalu membawa kesan istimewa. Tidak hanya akan menjadi cerita saat kembali ke perantauan, tetapi juga akan menjadi momen berulang tiap tahunnya.

Keseruan mudik ini secara lengkap bisa disimak di Visual Interaktif Premium (VIP) “Serba-Serbi Mudik” di kanal Visual Interaktif Kompas (VIK) Kompas.com.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau