JAKARTA, KOMPAS.com - Kenaikan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen dipastikan berdampak terhadap bisnis properti.
Pengaruh tersebut, terutama akan dirasakan para pengembang atau kontraktor yang bermain di sektor hunian komersial.
"Dulu, waktu bunga BI Rate turun, bank itu tidak menurunkan bunga kredit konstruksi. Tetap 12-13 persen. Sekarang BI Rate naik, artinya setelah bank mulai panas, bank akan menaikkan," kata Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia Soelaeman Soemawinata di Jakarta, Senin (21/5/2018) malam.
Baca juga: Pelemahan Rupiah Bakal Pengaruhi Suku Bunga KPR
Pria yang akrab disapa Eman itu mengatakan, ketika bank mulai menaikkan suku bunga, dapat dipastikan akan mendorong naiknya suku bunga kredit konstruksi.
"(Imbasnya) KPR-nya juga naik, itu sektor riil-nya juga akan ditinggalkan. Makin susah kita jual," kata dia.
Properti termasuk ke dalam salah satu sektor riil di dalam ekonomi. Sektor riil, menurut Eman, memiliki lawan yakni sektor non-riil.
Adapun sektor non-riil tersebut seperti sektor keuangan, baik itu tabungan, bursa, hingga valas.
Dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS saat ini, masyarakat memiliki pilihan lain untuk meninggalkan sektor riil guna mencari produk investasi yang lebih menjanjikan.
Sekadar informasi, saat ini, kurs dollar AS sudah menembus di atas angka Rp 14.000 per dollar.
"Jadi orang makin banyak mainan di dunia maya ini ya. Ada dollar, valas, bursa efek, ada bitcoin, jadi sektor riilnya itu tambah parah kalau berjalannya seperti ini," kata Eman.
Di samping itu, ia menambahkan, ada kecenderungan masyarakat untuk menabung, sehingga menyebabkan porsi belanja ke sektor riil kian tergerus.
Ia mengingatkan, pelemahan terhadap sektor riil seperti industri properti dipastikan akan berdampak terhadap menurunnya jumlah lapangan kerja yang bisa dibuka.
Sektor properti diketahui memiliki 177 industri turunan di dalamnya yang mampu menyerap banyak tenaga kerja.
"Tapi kalau sektor non riil, itu tidak ada penambahan tenaga kerja dan lain-lain," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.