LONDON, KOMPAS.com - Peritel pakaian Marks & Spencer terus dihantui gejolak. Mereka dikabarkan mempercepat aksi tutup toko-tokonya.
Bukan tanpa sebab Marks & Spencer mengambil langkah kuda-kuda dalam mempertahankan bisnisnya.
Laporan kinerja terbaru peritel Inggris itu menunjukkan, terjadi penurunan laba untuk dua tahun berturut-turut.
Jika pada 2017, laba Marks & Spencer sebesar 614 juta Poundsterling maka tahun ini angkanya merosot jadi 573 juta Poundsterling.
The Guardian pada Senin (21/5/2018) mewartakan, Chief Executive Marks & Spencer Steve Rowe sudah memutuskan penutupan 100 toko Marks & Spencer akibat jungkir baliknya pendapatan.
Intensitas tutup toko bakal semakin kencang. Saat ini saja, dilaporkan Marks & Spencer telah menggugurkan 20 cabang. Aksi itu membuat nasib 900 pekerja buram.
Baca juga: Selain Toko, Pusat Distribusi Marks & Spencer Juga Bertumbangan
Keputusan seberapa cepat aksi tutup toko akan diputuskan paling lambat Rabu (23/5/2018) tatkala Marks & Spencer mengumumkan kepada publik rincian laporan keuangannya.
Asal tahu saja, kabar penutupan toko Marks & Spencer sudah berembus kencang sejak 2017 silam. Awalnya, aksi tutup toko bakal dilakukan malu-malu alias tidak sporadis seperti kenyataan saat ini.
Namun, Rowe berubah pikiran. Ia masygul melihat pundi-pundi perusahaannya raib lebih kilat. Marks & Spencer pun memilih tutup toko konvensional dan mulai beralih dagang daring.
Ambisi tutup toko yang dicanangkan Rowe rupanya bersambut. Chairman Archie Norman masuk barisan pendukung kebijakan Rowe. Keputusan pangkas toko semakin mendapat legitimasi.
Baca juga: Direktur Pemasaran Marks & Spencer Hengkang
Menurut Norman, Marks & Spencer punya masalah menahun selama lebih dari 15 tahun.
Meski enggan terang-terangan menjelaskan apa masalah krusial dimaksud, tetapi aksinya terlihat jelas. Aksi tutup toko tak terelakkan, bahkan semakin tangkas.
Jualan makanan yang dilakukan Marks & Spencer juga dipandang kurang mampu mengangkat bisnis dari kekelaman.
Analis Shore Capital Clive Black memprediksi, penjualan pakaian masih bisa bangkit seiring tren. Namun, terasa berat untuk bisnis makanan.
“Itu (jualan makanan) adalah teka-teki abadi Marks & Spencer. Bisakah mereka menumbuhkan dua bisnis sekaligus dalam waktu bersamaan?” cetus Clive.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.