Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Seoul, 5,9 Juta Penumpang Terangkut Setiap Hari

Kompas.com - 13/04/2018, 18:25 WIB
Arimbi Ramadhiani,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah melakukan kunjungan kerja ke Seoul, Korea Selatan, beberapa bulan lalu.

Dalam kunjungan tersebut, Anies memelajari sistem transportasi yang sebenarnya mirip dengan Jakarta.

Baca juga : Dishub DKI Klaim OK Otrip Pangkas Biaya Transportasi 25 Persen

Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI Jakarta Andri Yansyah mengatakan, sistem transportasi di Seoul dimulai sejak 2003, sedangkan Jakarta mulai 2004 melalui pengoperasian TransJakarta.

"Sekarang di Seoul, setiap harinya sudah 5,9 juta penumpang, kita (Jakarta) baru 520.000 penumpang dengan target sejuta," ujar Andri saat Urban Transport Discussion bertema "Mimpi Integrasi Angkutan Umum di Jakarta", Kamis (12/4/2018) malam.

Menurut Andri, Seoul dapat mencapai jumlah penumpang tersebut dengan public service obligation (PSO) yang hampir sama, bahkan Jakarta lebih besar sedikit.

Ia menambahkan, pemerintah kota Seoul berhasil mengintegrasi 127 operator. Sementara di Jakarta, jumlah operatornya kurang dari 20 persen dibandingkan di Seoul, baik bus sedang maupun kecil.

Senada dengan Andri, pengamat transportasi Damantoro mengatakan keberhasilan Seouil tidak terlepas dari ketersediaan data yang valid terkait penumpang.

Baca juga : Demi Integrasi, Pemprov DKI Hapus 117 Trayek Angkot dan Bus

"Sejak tahun 1960 sampai 2004, Seoul itu punya data penumpang. Kita baru ada sejak TransJakarta beroperasi. Kereta komuter saja baru ada data penumpang pada 2011. Sebelum itu belum tahu berapa jumlah penumpangnya," jelas pria yang biasa disapa Tori tersebut.

Selain itu, sebelum para operator bergabung, peran pemimpin yakni Wali Kota Seoul sangat besar untuk memaksa konsolidasi.

Sebanyak 127 perwakilan operator dikumpulkan dan dipaksa untuk sepakat di angka berapa nilai dan pembagiannya, antara pemerintah dengan operator.

"Baru kemudian rute dikembangkan, operator juga perilakunya berubah karena tidak mengandalkan setoran dari supir lagi," sebut Tori.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com