Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/03/2018, 19:52 WIB
M Latief

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengembang properti Singapura yang berfokus pada pasar Indonesia, Brewin Mesa, optimistis pasar properti Jakarta meningkat seiring dukungan positif kebijakan pemerintah, membaiknya perekonomian serta situasi politik yang stabil.

Tahun ini selain pada pembangunan dan penjualan The Lana, proyek apartemennya di Tangerang dan Jakarta Barat, Brewin Mesa juga berfokus pada perolehan lahan untuk proyek keduanya di Indonesia.

Brewin Mesa memasuki pasar properti Jakarta pada 2015 lalu dengan membeli tanah di Alam Sutera. Dengan berfokus pada sektor hunian dan apartemen, Brewin tertarik pada pasar yang tengah berkembang di Tangerang, khususnya Serpong dan sekitarnya.

"Kami mulai masuk pasar Indonesia ketika pasar Indonesia menurun. Sejak krisis ekonomi 1998 pasar properti Indonesia tak pernah separah ini. Itu ini terlihat dari penurunan daya beli bahkan tidak adanya transaksi penjualan properti. Pasar properti menurun pada 2015, lalu terjadi penekanan pada 2016 dan tahun 2017 mulai terlihat pemulihan pada minat dan daya beli konsumen," ujar Bill Cheng, Presiden Direktur Brewin Mesa, Selasa (27/3/2018). 

Melihat adanya pemulihan pada pasar properti Indonesia, lanjut Cheng, Brewin memutuskan untuk meluncurkan The Lana pada akhir 2016. Perusahaan memulai progres pertamanya dengan mendirikan tiang pancang dan pekerjaan pondasi untuk proyek itu, sementara di sisi lain sebagian besar proyek properti baru memulai pembangunan setelah pra-penjualan selama satu atau beberapa tahun.  
 
"Penjualan proyek The Lana pada paruh pertama tahun 2017 tetap terkendali saat kami berusaha melewati pasar yang masih lemah, seiring lemahnya daya beli masyarakat. Saat itu juga sejumlah besar proyek apartemen baru diluncurkan ke pasar. Ini berdampak pada sulitnya mendapatkan agen penjualan properti yang berfokus pada proyek kami, mengingat banyaknya pilihan proyek di pasar Indonesia," kata Cheng.

Untuk mengurangi tantangan itu, lanjut Cheng, Brewin segera melatih tim pemasaran in-house-nya agar efektif meyakinkan pembeli. Upaya dan kerja keras itu mulai memperlihatkan hasil pada paruh kedua 2017.

Setelah menjual lebih dari 200 unit dalam kurun waktu satu tahun, proyek The Lana menjadi proyek terlaris di kelasnya di Tangerang. Padahal, itu bukan pekerjaan mudah, karena proyek apartemen ini tergolong kelas prestisius dengan kisaran harga antara Rp 1,5 miliar hingga Rp 5 miliar.

"Kami jual lebih dari 20 unit high-end dalam waktu satu bulan. Saat itu kami lihat dan yakin tak ada pengembang lain melakukannya di pasar yang tengah melemah ketika itu," ujar Cheng.

Melihat ke depan tahun 2018 dan 2019, Cheng mengaku optimistis pasar properti akan terus membaik. Berdasarkan catatanProperty Index 2017, indeks properti nasional Indonesia naik tipis 1,4 persen pada Q1 2017 dan berlanjut pada Q2  tumbuh sebesar 0,97 persen.

Di Q3 pasar properti bahkan terlihat stabil. Berdasarkan data itu pasar properti menunjukkan tanda-tanda pemulihan, tetapi penjual masih memperhatikan daya beli konsumen.

"Ini menunjukkan bahwa pasar properti berada dalam fase soft market," kata Cheng.
 
Dilihat dari sisi volume suplai properti, indeks menunjukkan sedikit fluktuasi, yakni pada Q1 mencatat peningkatan sebesar 11,4 persen, kemudian mengalami penurunan sebesar 2,1 persen pada Q2 2017.

Lalu, pada Q3 2017 suplai pulih dan meningkat hingga sebesar 10,7 persen. Dilihat dari tahun ke tahun terjadi kenaikan pada Q3 2017 mencapai 23 persen.
 
"Peningkatan suplai properti ini mengindikasikan bahwa penjual lebih percaya diri dengan situasi pasar properti pada kuartal ketiga. Semakin banyaknya suplai membuat konsumen semakin mudah menentukan pilihan tempat tinggal, baik berdasarkan lokasi, harga, dan jenis," ujar Cheng.

Dia mengaku optimistis tahun ini pasar akan terus membaik. Hal itu didukung oleh kebijakan pemerintah mengenai pembiayaan perumahan yang tepat, serta komitmen pemerintah untuk memacu pertumbuhan ekonomi.

"Sampai saat ini, saya percaya pasar akan terus bertumbuh secara berkelanjutan selama beberapa tahun mendatang. Sebagian besar terjadi pelambatan daya beli properti khususnya orang asing di Indonesia. Tapi, saya tetap yakin pasar lokal cukup besar untuk mendukung laju pertumbuhan yang kuat," kata Cheng.

Cheng menambahkan, pasar mungkin akan tenang menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 nanti. Setelah pilpres selesai biasanya terjadi lonjakan pasar ekonomi, bersamaan dengan lonjakan pasar properti.

"Pembeli tidak akan menginginkan peningkatan harga beli di pasar properti," ujarnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com