Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Istiqlal, Islam, dan Kerukunan Umat Beragama

Kompas.com - 10/09/2017, 16:27 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KompasProperti - Keberadaan masjid di Indonesia, tidak terlepas dari nilai-nilai kearifan lokal dan budaya. Masjid tak sekadar sebagai tempat ibadah, tetapi juga pusat perekonomian, studi, dan pertukaran kebudayaan.

Ketua Badan Pelestarian Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Aditya W Fitrianto mengungkapkan hal tersebut saat seminar bertajuk "Menjelang 50 Tahun Masjid Isqtiqlal" di Jakarta, Minggu (10/9/2017).

Menurut dia, sebagai masjid terbesar, Istiqlal memiliki nilai dan posisi yang penting bagi Indonesia. Tak hanya sebagai simbol negara, melainkan simbol kerukunan antar-umat beragama.

"Letaknya yang berdampingan dengan Gereja Katedral, menunjukkan bahwa kita bukan sekadar negara beragama tetapi negara Pancasila," kata Aditya.

Setiap hari, tak kurang dari 200 turis asing dan 3.000 turis lokal yang mendatangi masjid yang dekat dengan kawasan silang Monas itu.

Interior kubah Masjid Istiqlal.KOMPAS.com / DANI PRABOWO Interior kubah Masjid Istiqlal.

Nilai-nilai kerukunan umat beragama juga kental pada interior masjid itu sendiri, yang diarsiteki oleh Frederich Silaban, yang notabene merupakan seorang non-muslim.

"Dari sisi lokasi juga terlihat nilai-nilai kerukunannya," kata Wakil Ketua Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal (BPPMI) Bahrul Hayat.

Sebelum dibangun tahun 1961, Bahrul menyebut, sempat terjadi perbedaan persepsi dalam penentuan lokasi pembangunan masjid, antara Presiden Soekarno dan Wakil Presiden M Hatta.

Hatta ingin agar Istiqlal dibangun di kawasan MH Thamrin, yang kini menjadi lokasi Hotel Indonesia. Pertimbangannya, komunitas muslim banyak yang tinggal di sana saat itu.

Namun, Presiden Soekarno berpendapat, Istiqlal sebaiknya ditempatkan di kawasan yang dekat dengan Gereja Katedral. Hal itu ditujukan untuk menguatkan nilai-nilai kerukunan antar umat beragama itu sendiri.

"Di samping juga agar dapat dimanfaatkan dan menjadi lokasi tujuan umat beragama lain yang ingin mempelajari Islam," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau