JAKARTA, KompasProperti - Berdiri sejak tahun 1917, produsen gipsum British Plasterboard yang kemudian diakuisisi oleh Saint-Gobain, telah menguasai pasar Inggris dengan mengusung merek Gyproc.
Pada 2007, Gyproc mulai melihat potensi dan mencoba menarik pasar Indonesia. Dengan mulai banyaknya permintaan, Saint-Gobain kian serius menyerap pasar dan mendirikan pabrik pada 2014.
"Konsumsi gipsum di Indonesia itu baru 0,4 persen per kapita. Sebagai perbandingan, di Singapura 1,3 persen, Eropa 4 persen, bahkan di Amerika Serikat 7 persen," ujar Managing Director PT Saint-Gobain Construction Products Indonesia Hantarman Budiono di Jakarta, Selasa (2/8/2017).
Sebelum memiliki pabrik di Indonesia, Hantarman mengaku, mengimpor gipsum dari Thailand.
Saat itu, kapasitas pabrik di Thailand juga terbatas dan ia harus bersaing dengan permintaan gipsum dari negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Beruntung, saat ini pabrik Gyproc di Cikande sudah mampu memproduksi 35 juta meter kubik gipsum.
Dengan tersedianya produksi di dalam negeri, Hantarman tidak khawatir memenuhi kebutuhan gipsum yang meningkat.
Ia juga optimistis pasar akan merespon baik inovasi gipsum yang ditawarkan Gyproc. Pasalnya, ia tidak perlu berkompetisi dengan produsen gipsum lainnya.
"Kami kan membangun pasar sendiri. Kami mengedukasi pasar, kenapa harus pakai dinding gipsum bukan hanya untuk keindahan estetika saja," jelas Hantarman.
Keyakinan dia menguasai pasar Indonesia ini diperkuat dengan nama besar Saint-Gobain dengan produk Gyproc yang telah digunakan di 67 negara.
Merek-merek hotel internasional misalnya, saat masuk Indonesia secara otomatis mencari Gyproc sebagai bahan bangunan utama hotel. Sejumlah hotel jaringan internasional ini bahkan sudah berdiri di Indonesia.
"Mereka (hotel internasional) sudah biasa membangun pakai teknologi tinggi, tidak mau lagi konvensional. Hotel yang sudah dibangun dengan Gyproc seperti Aston Batam, Langham Residence Jakarta, Grand Kamala Lagoon Bekasi, dan Ibis Tanah Abang," sebut Hantarman.
Ia melanjutkan, kepercayaan hotel jaringan internasional menggunakan Gyproc adalah karena kecepatan dalam pembangunannya.
Menurut dia, pembangunan menggunakan Gyproc dapat menghemat waktu pengerjaan sekitar 25-30 persen dibandingkan dengan bahan bangunan konvensional.
Dengan waktu pengerjaan lebih singkat, biaya pembangunan juga dapat dipangkas sampai 20 persen.