Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Universitas Negeri Padang Gunakan Konstruksi "Sarang Laba-laba"

Kompas.com - 24/07/2017, 11:17 WIB

Jakarta, KompasProperti - Penggunaan Konstruksi Sarang Laba-laba (KSLL) kembali diaplikasikan untuk pembangunan gedung akademik. Kali ini Universitas Negeri Padang (UNP) Sumatra Barat yang menggunakan konstruksi tersebut.

Pondasi 11 gedung baru UNP yang baru saja diresmikan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Sabtu (15/7/2017) lalu itu seluruhnya menggunakan KSLL. Hal itu dituturkan Prof Mawardi Effendi, mantan Rektor UNP, sebagai salah satu inisiator pembangunan gedung baru tersebut.

"KSLL dipakai untuk konstruksi gedung rektorat, auditorium, bisnis center, laboratorium terpadu, dan gedung perkuliahan," Mawardi, rektor dua periode 2003-2007 dan 2008-2012 itu, Sabtu (22/7/2017).

Renovasi gedung UNP berawal dari kunjungan Wapres yang ketika itu juga dijabat Jusuf Kalla pada 7 Juli 2007. Wapres meminta UNP membangun gedung baru menggantikan beberapa gedung yang rusak akibat gempa.

Mawardi menceritakan, proposal tersebut tidak serta merta disetujui. Pada 2009 permohonan itu masuk dalam daftar tunggu di buku biru (blue book). Setahun kemudian masuk dalam buku hijau (green book) sebagai pembangunan yang mendapat prioritas dengan sumber dana dari pinjaman.

Selanjutnya, pada Maret 2011, sebelas gedung tersebut dimasukan dalam agenda pembangunan yang mendapat fasilitas pembiayaan dari Bank Pembangunan Islam (Islamic Development Bank/IDB).

IDB kemudian menyelenggarakan tender internasional serta berhasil dimenangkan PT Adhi Karya Tbk dengan menggunakan pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba yang patennya dipegang PT Katama Suryabumi.

"Penggunaan KSLL ini berdasarkan pengalaman dari gempa yang pernah mengguncang Kota Padang beberapa kali dan hanya bangunan yang menggunakan konsruksi ini yang kondisinya masih utuh," ujarnya.

"Pertimbangannya, selain konstruksi ini telah teruji antigempa, segi biaya juga lebih ekonomis. Pekerjaannya tidak membutuhkan terlalu banyak alat berat, tapi menggunakan padat tenaga kerja. Apalagi ini buatan sendiri," tambahnya.

Kawasan gempa

Konstruksi Sarang Laba-Laba saat ini telah masuk dalam program akademisi. Dengan demikian pengguna konstruksi sudah tak perlu meragukan konstruksi tersebut karena sudah ada rekomendasi dari kalangan perguruan tinggi.

"Konstruksi ini meskipun termasuk pondasi dangkal, tapi memiliki struktur yang kuat dan rigid," kata Ketua Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia (HATTI), Masyhur Irsyam, di Jakarta, Kamis (3/12/2015) silam.

Pondasi sarang laba-laba, yang hak patennya dipegang oleh PT Katama Suryabumi, saat ini telah banyak dipergunakan untuk bangunan bertingkat sampai delapan lantai, konstruksi jalan, bahkan untuk apron bandara.

Masyhur mengatakan pentingnya melibatkan ahli tanah dalam mendirikan bangunan adalah untuk mengetahui kondisi tanah dan pondasi yang dipergunakan untuk bangunan yang akan dibangun di atasnya, termasuk dalam menggunakan konstruksi sarang laba-laba.

Adapun penggunaan konstruksi sarang laba-laba sudah dikenal sejak lama, terutama untuk bangunan bertingkat di daerah gempa, seperti bangunan di Aceh dan Padang. Saat terjadi gempa besar di kedua daerah itu bangunan yang menggunakan konstruksi ini masih kokoh berdiri.

"Sayangnya penggunaan konstruksi ini untuk jalan belum meluas. Kalau melihat penggunaan sarang laba-laba untuk jalan di Dumai Riau dan Bojonegoro Jawa Timur ternyata mampu memikul beban kendaraan berat di atasnya, padahal kita tahu tanah di kedua daerah itu tergolong tidak stabil," ujar Dr Helmy Darjanto, ahli sipil dari Universitas Narotama Surabaya.

Saat ini konstruksi sarang laba-laba termasuk dalam pondasi dangkal yang telah mendapat rekomendasi dari berbagai instansi, diantaranya Ditjen Cipta Karya Kementerian PU, Kementerian Perindustrian, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa (LKPP), Pemkab Simeuleu, Pemkab Solok, Pemprov Sumbar, Pemprov Kaltim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau