Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maja Bukan Kota Mandiri

Kompas.com - 06/08/2016, 20:33 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

SERANG, KOMPAS.com - Ketua Real Estat Indonesia (REI) Banten Soelaeman Soemawinata menegaskan bahwa pengembangan Maja adalah sebagai kota baru, bukan kota mandiri.

Dalam definisi pribadinya, kota baru adalah kota yang masih butuh peran kota lain dalam perkembangannya, sedangkan kota mandiri tidak.

"Saya tidak percaya sama kota mandiri, tapi Maja ini kota interdependensi atau saling ketergantunan karena masih membutuhkan kota lainnya," ucap Soelaeman saat ditemui di Serang, Kamis (4/8/2016).

Sementara kota mandiri adalah kota yang bisa menggerakkan perekonomiannya sendiri. Artinya, kota disebut mandiri apabila orang-orang di dalamnya hanya bekerja di kota tersebut dan tidak keluar ke kota lain.

Di dalam kota itu banyak lapangan kerja yang membuat warganya tidak keluar kota untuk bisa bekerja dan beraktivitas.

"Nah kalau Maja ini kan masyarakatnya bakal banyak yang kerja di Jakarta dan daerah lainnya terutama kalau nanti pengembangannya sudah benar-benar dilakukan," tambah pria yang karib disapa Eman itu.

Kompas.com/Ridwan Aji Pitoko Stasiun Maja
Maja pada dasarnya memang dijadikan Kota Baru Publik sebagai salah satu prioritas pengembangan Megapolitan Jabodetabek.

Selain itu pengembangan wilayah Jabodetabek ke sisi barat dan timur difokuskan karena pesatnya pertumbuhan berbagai kegiatan industri yang membawa implikasi pada meningkatnya kebutuhan perumahan dan kawasan permukiman, terutama bagi karyawan dan buruh.

Oleh sebab itu, pengembangan Maja akan menggunakan konsep yang mampu memenuhi kebutuhan tersebut.

"Pengembangan Maja sebagai Kota Publik Baru dengan konsep pertumbuhan berupa Kota Satelit Mandiri yang mengupayakan tersedianya sistem permukiman perkotaan berimbang dengan komposisi 1:2:3," tandas Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian PUPR Hermanto Dardak, usai Penandatanganan Kesepakatan Bersama Pengembangan Kota Baru Publik Maja, akhir Juni 2016 silam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com