Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren ke Depan, Pusat-pusat Belanja Jadi Ruang Pamer dan Tempat Gaul

Kompas.com - 28/04/2016, 08:59 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kekhawatiran Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan matinya mal-mal di Indonesia akibat pertumbuhan perdagangan dalam jaringan (daring) atau e-commerce, justru menciptakan sebuah tren baru.

Baca: E-commerce Merajalela, Matikah Pusat Belanja?

Menurut CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, tren tersebut adalah munculnya pusat belanja gaya hidup atau lifestyle mall.

Mal dengan konsep seperti ini akan memegang peranan penting dalam perubahan gaya hidup masyarakat kota, baik di Pulau Jawa maupun di daerah-daerah seluruh Indonesia.

"Orang sekarang tak lagi belanja di tempat. Mereka hanya melihat-lihat barang yang dipamerkan, terutama gadget (gawai), barang elektronik, dan pakaian. Belanjanya secara online," papar Hendra kepada Kompas.com, Rabu (27/4/2016). 

Jadi, tambah Hendra, esensi lifestyle mall itu bakal mengalami pergeseran. Pusat belanja gaya hidup hanya akan menjadi ruang-ruang pamer atau display room dan tempat gaul alias bersosialisasi, bertukar informasi, dan menunjukkan eksistensi.

Tak mengherankan jika dalam tahun-tahun mendatang, peritel yang akan melakukan ekspansi besar-besaran adalah mereka yang bergerak di sektor makanan, dan minuman seperti restoran atau kafe, pusat kebugaran, dan peritel-peritel yang menunjang gaya hidup.

"Secara fisik, jumlah ruang pusat belanja tidak akan berkurang. Yang berubah justru sektor bisnis peritelnya. Mereka yang mengisi ruang pusat belanja akan didominasi restoran dan kedai kopi," tutur Hendra.

Pusat belanja akan menjadi tempat nongkrong, tempat hiburan, dan untuk liburan keluarga. Bukan lagi tempat belanja, apalagi untuk mencari barang-barang seperti gawai, elektronik, dan pakaian.

"Kalau pun ada produk elektronik dan gadget di mal, hanya berupa display. Demikian halnya dengan produk pakaian," ujar Hendra.

Big Mall Gerbang utama pusat belanja, Big Mall, Samarinda, Kalimantan Timur.
Pasalnya, masyarakat yang berkunjung ke mal, belum tentu belanja. Mereka hanya akan mencoba produk baru. Karena beli produk online lebih menarik. Contohnya dari segi pembayaran paketan dengan kartu kredit atau promosi lainnya.

Indikasi perubahan tren pusat belanja ini ssudah nyata termpampang di depan mata. Pelaku bisnis ritel terbesar Indonesia, PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP) sudah mengantisipasi perubahan kecenderungan tren berbelanja dengan membangun platform baru yakni www.MAPEMALL.com.

MAP merupakan perusahaan ritel gaya hidup yang memiliki lebih dari 150 merek global dan 2.000 gerai ritel di lebih dari 60 kota seluruh Indonesia. Pada Kamis (18/2/2016), mereka secara resmi meluncurkan MAP EMALL.

Pengembangan platform baru oleh MAP ini termotivasi nilai industri e-commerce yang kian melesat. Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika, nilai industri eCommerce tahun ini diprediksi mencapai 24 miliar dollar AS dan bakal terus melonjak 130 miliar dollar AS hingga 2020 mendatang.

www.shutterstock.com Ilustrasi.
Asosiasi eCommerce Indonesia (idEA) juga memperkirakan pertumbuhan kelas menengah Indonesia akan meningkatkan jumlah online shoppers hingga 10 juta orang pada 2016 dengan transaksi hingga senilai Rp 20 triliun secara daring.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau