Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Connecting", Rahasia Singapura Mengoptimalkan Lahan dan Waktu

Kompas.com - 30/03/2016, 16:22 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

SINGAPURA, KOMPAS.com - Dengan luas wilayah tak sampai 300 kiometer persegi, Singapura tumbuh menjadi negara metropolis dan pusat perekonomian kawasan. Salah satu rahasianya ada pada konsep pengembangan properti mereka. Apa rahasia itu?

Keterbatasan lahan di Singapura mendorong konsep pembangunan dan pengembangan properti yang teritegrasi. Hunian, perkantoran, dan tempat hiburan, saling terhubung satu sama lain.

Memakai konsep tersebut, orang-orang di Singapura tak selalu perlu keluar gedung untuk mengakses tempat tinggal, kantor, dan tempat hiburan. Semua fungsi tersebut ada dalam satu gedung. (Baca: Singapura Masih Jadi Kota dengan Biaya Hidup Termahal di Dunia)

"Hampir semua bangunan, terutama yang kami (CapitaLand) kembangkan sudah memakai konsep seperti itu," ujar CEO of CapitaLand Singapore Wen Khai Mengditemui di Singapura, Senin (28/3/2016).

CapitaLand Limited bekerja sama dengan pemerintah setempat mengembangkan sejumlah properti. Beberapa di antaranya adalah Raffles City Singapore, The Orchard Residence-ION Orchard, Capitagreen, dan d'Leedon.

Konsep "connecting" memberikan kemudahan akses bagi penghuni maupun pengunjung. Terlebih lagi, beberapa properti bahkan sudah terhubung dengan stasiun Mass Rapid Transit (MRT). (Baca juga: Singapura "Demam" Bangunan "Mixed Use")

Tentu, konsep tersebut tak serta merta diterapkan dalam pengembangan tata bangunan dan negara kota Singapura. Tahapan menuju sistem properti terintegrasi dimulai dari upaya pemerintah mengajarkan penduduk untuk tinggal di hunian vertikal.

Konsep "connecting" merupakan perkembangan dari pengadaan fasilitas bagi mereka yang terbiasa tinggal di hunian vertikal. Sistem ini sekaligus mengakomodasi kesibukan warga Singapura, yang tergambar dari cara berjalan serba cepat mereka.

Memakai konsep bangunan terintegrasi, waktu yang berharga untuk menggerakkan perekonomian tak perlu hilang karena kemacetan atau jarak tempuh. Nah, bagaimana dengan Indonesia?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com