Sanggupkah Kamboja Membangun Gedung Tertinggi Se-Asia Tenggara?

KOMPAS.com - Kandidat gedung tertinggi di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN akan berlokasi di sekitar Phnom Penh, Kamboja.

Otoritas lokal termasuk Departemen Perencanaan Pengelolaan Tanah dan Konstruksi Perkotaan bersama dengan Pemerintah Phnom Penh baru-baru ini menyetujui rencana mendirikan bangunan pada 2019.

Gedung mixed use tersebut akan dinamai Thai Bon Roong Twin Tower Trade Center. Rencananya, struktur itu mencakup area komersial, perkantoran, ritel, dan perhotelan serta akan dibangun oleh perusahaan asal Kamboja, Thai Bon Roong Co dan firma asal China bernama Kia Nip Group.

Menurut realestate.com.kh, struktur 133 lantai itu bakal menjadi pencakar langit tertinggi di Asia Tenggara ketika selesai dan melewati tinggi Petronas Twin Towers di Malaysia (88 lantai) serta Keangnam Hanoi Landmark Tower di Vietnam (77 lantai).

Sementara itu proyek pembangun gedung lainnya dalam rangka merebutkan gelar sebagai gedung tertinggi se-ASEAN juga sudah diumumkan. Dua di antaranya adalah Landmark 81 di Ho Chi Minh City, Vietnam dan Grand Rama 9's Super Tower di Bangkok, Thailand.

Namun, sanggupkah Kamboja membangun Thai Bon Roong Twin Tower Trade Center, sementara pendapatan per kapitanya merupakan terendah di Asia Tenggara?

Pembangunan Thai Bon Roong Twin Tower Trade Center sendiri bukan satu-satunya proyek konstruksi yang dikerjakan di Phnom Penh. 

Pada 2013, Phnom Penh Post melaporkan terdapat proyek Diamond Island senilai multijutaan dollar AS yang termasuk pembangunan pencakar langit setinggi 555 meter oleh Overseas Cambodian Investment Corporation (OCIC), namun tertunda seiring dengan berjalannya waktu.

Jakarta pun hingga hari ini belum sanggup merealisasikan pembangunan Signature Tower yang diklaim bakal terjangkung di kawasan ASEAN. 

Gedung ini dirancang setinggi 638 meter yang mencakup 111 lantai. Di dalamnya terdapat fungsi perkantoran, hotel, dan apartemen serta ruang ritel.