Meski demikian, posisi Jakarta masih lebih baik ketimbang Kuala Lumpur dan Singapura sebagai sesama kota di Asia Tenggara. Keduanya terpuruk di peringkat ke-67 dan ke-81 dengan pertumbuhan harga masing-masing minus 0,9 persen dan minus 2,1 persen.
Sementara itu, jawara PIRI adalah Vancouver dengan lonjakan harga sebesar 24,5 persen, diikuti Sydney dengan 14,8 persen.
Terus merosot
Dalam sejarah PIRI, kenaikan harga rumah mewah Jakarta tahun 2015 paling rendah ketimbang pencapaian tahun-tahun sebelumnya.
Jakarta sempat menjadi pemuncak PIRI pada 2012 dan 2013 dengan pertumbuhan properti mewah sebesar 30 persen dan 27,1 persen. (Baca: Jakarta Masih Terpanas di Dunia)Namun, posisi itu merosot tajam pada tahun 2014. Jakarta harus puas menduduki peringkat ke-12 dengan pertumbuhan hanya 11,2 persen dengan harga rata-rata Rp 50 juta per meter persegi.
Ultrakaya
Anjloknya pertumbuhan properti mewah Jakarta tersebut menjadi bukti bahwa pertumbuhan kelompok superkaya tidak selalu paralel dengan pertumbuhan pasar properti.
Sebagai informasi, kalangan ultrakaya atau ultra-high net worth individuals (UHNWI) Indonesia dengan aset di atas 30 juta dollar AS diproyeksikan melejit 138,9 persen pada 2024 mendatang menjadi 2.002 orang.
Namun, hal itu ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap sektor properti domestik, terutama properti hunian mewah di Jakarta.
Sebaliknya, mereka lebih memilih membelanjakan uangnya di pasar-pasar properti utama macam Singapura, Hongkong, Australia, Inggris, dan Amerika.
Motivasi mereka membeli properti selain sebagai instrumen investasi ialah juga untuk mendukung kepentingan anak-anak mereka saat sekolah di luar negeri.
Penurunan peringkat Jakarta ini sekaligus mengonfirmasi bahwa pasar properti Indonesia masih lemah.