JAKARTA, KOMPAS.com - Pengembangan berbasis transit oriented development (TOD) dinilai sebagai konsep yang sesuai dengan pembangunan urban Jakarta. Konsep TOD juga diyakini dapat mendorong penggunaan angkutan umum, sehingga mengurangi kepadatan arus kendaraan pribadi.
Manajer Promosi dan Pengembangan Bisnis KSO Perumnas dan PT Bakrie Pangripta Loka, Hermon Simanjuntak, mengatakan konsep TOD memungkinkan segala aktivitas sehari-hari mulai dari bekerja, belanja, rekreasi, olahraga, belajar, dan relaksasi dilakukan dalam satu kawasan.
"Konsep inilah yang sedang kami kembangkan di kawasan Sentra Primer Baru Timur (SPBT) yang terkoneksi dengan Terminal Bus Terpadu Sentra Timur Pulogebang, dan terintegrasi dengan Jalur Bus Transjakarta (busway), akses tol menuju Jakarta Outer Ring Road (JORR) serta fasilitas park and ride," jelas Hermon dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, Senin (31/8/2015).
Bersama Sentra Primer Baru Barat (SPBB), SPBT dirancang khusus sebagai sentra pertumbuhan ekonomi. Bahkan, pembentukan SPBB dan SPBT didasarkan pada Surat Keputusan (SK) Gubernur DKI Jakarta Nomor 1629 Tahun 1986 tentang Penguasaan Perencanaan untuk Pelaksanaan Pembangunan Kawasan.
SPBT mencakup area seluas 96 hektar di kawasan Cakung, Jakarta Timur. Perum Perumnas menguasai mayoritas konsesi seluas 44 hektar. Seluas 52 hektar lainnya milik warga Pulogebang dan juga pengembang lain.
"Bahkan, SPBT sekarang menjadi destinasi investasi seiring dengan kelengkapan infrastruktur, dan masih terbukanya peluang kenaikan harga lahan dan properti," tandas Hermon.
Saat ini, harga lahan di SPBT dan kawasan Jakarta Timur masih berkisar antara Rp 10 juta hingga Rp 15 juta per meter persegi. Sementara di SPBB dan Jakarta Barat sudah menembus kisaran Rp 35 juta-Rp 50 juta per meter persegi.
Selain SPBT, konsep TOD juga telah dimulai oleh PT Adhi Karya Tbk melalui anak usaha PT Adhi Persada Properti (APP). Mereka membesut pengembangan Grand Dhika City di Bekasi, Jawa Barat.
Proyek ini nantinya terkoneksi langsung dengan moda transportasi berbasis light rail transit (LRT) bertrayek Cawang-Bekasi.
Grand Dhika City menempati area seluas total 10 hektar di Jl Joyomaryono, Bekasi Timur. Di dalamnya terdapat 11 bangunan tinggi yakni apartemen, apartemen servis, hotel dan perkantoran yang dilengkapi dengan pusat belanja, ballroom, dan ruko.
Konsep pengembangan terpadu dalam kerangka TOD sangat strategis dari segi investasi. Harga awal unit Grand Dhika City (Cempaka Tower) Rp 275 juta untuk tipe studio, saat ini sudah menembus angka Rp 400 juta.
Selain, tentu saja, mendukung gaya hidup praktis dan modern penghuninya. Penghuni dapat memarkir kendaraannya di dalam fasilitas park and ride. Selain itu, terdapat pula stabbing area sebagai 'hanggar' untuk unit-unit LRT trayek Cawang-Bekasi.