Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sektor Properti Terhindar dari Karam karena Kelas Menengah

Kompas.com - 05/07/2015, 12:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah kelas atas dihantam kebijakan pajak penjualan barang mewah (PPnBM), dan kelas bawah didera berbagai masalah macam tingginya ongkos konstruksi, harga lahan, dan minim dukungan infrastruktur penunjang, kelas menengah masih bertahan dan jadi andalan.

Kelas menengah, menurut Managing Director Lamudi Indonesia, Steven Ghoos, adalah penopang sektor properti di Indonesia. Kelas ini punya daya beli dan butuh properti. Terlebih, banyak dari kalangan menengah ini yang belum memiliki rumah.

"Jadi, mereka adalah sebagian besar end user atau pembeli rumah pertama. Ini potensi dan peluang di saat kelas atas didera berbagai kebijakan, dan kelas bawah yang tergerus daya belinya," tutur Steven, Kamis (2/7/2015).

Selain itu, kata Steven yang mengutip riset Boston Consulting Group, kelas menengah Indonesia merupakan yang terbanyak di kawasan regional Asia Tenggara yakni sekitar 141 juta pada tahun 2020 mendatang.

"Konsumsinya juga kuat. Ditambah lagi penurunan suku bunga Kredit Pemilikan rumah (KPR) akan semakin memperkuat keinginan kelas menengah membeli rumah," ujar Steven.

Sementara bagi pengembang (developer), percepatan pembangunan infrastruktur akan membuka peluang tumbuhnya kawasan-kawasan baru yang bisa digarap. Kemungkinan dibukanya keran kepemilikan orang asing juga sebagai peluang yang memungkinkan pengembang melakukan penetrasi pasar baru.

Peluang investasi

Riset Lamudi menunjukkan, dalam berbagai jenis tipe properti, Jakarta masih memiliki harga rata-rata tertinggi. Populasi yang setiap tahunnya semakin bertumbuh dengan kemajuan ekonomi, sukses membuat Jakarta semakin menarik. Namun, semakin menyusutnya pasokan lahan, membuat harga rata-rata properti di Jakarta meroket hingga Rp 25 juta per meter persegi.

Karena itulah, hunian vertikal semakin meraih momentum dengan bertumbuhnya populasi di kota ini. Di Jakarta, harga rata-rata beli apartemen berkisar di antara Rp 14,556 juta hingga Rp 31,250 juta per meter persegi. Jakarta Selatan masih mencatat harga rata-rata tertinggi untuk apartemen karena lokasinya yang populer dan strategis.

Namun menyewa apartemen di Jakarta Pusat akan membuat Anda mengeluarkan biaya yang lebih tinggi dibanding area lain di Jakarta. Harga rata-rata sewa apartemen di Jakarta selama setahun lalu adalah Rp 1 juta-Rp 2,2 juta per meter persegi.

Sementara rumah, masih menjadi jenis hunian yang paling banyak dipilih orang Indonesia. Harga rata-rata beli rumah di Jakarta adalah berkisar antara Rp 10,23 juta-Rp 22 juta per meter persegi. Angka ini merupakan tiga kali harga rata-rata di kota di Jawa lainnya seperti Malang, Semarang dan Sleman.

Jika Anda berencana memulai bisnis di ibukota, Jakarta Barat dapat menjadi pilihan yang tepat dengan harga sewa per tahun rata-rata Rp 625.000 per meter persegi. Namun dengan persediaan melimpah, Bekasi juga menjadi incaran karena harga rerata sewa propertinya terendah di Indonesia yakni Rp 11,2 juta per meter persegi.

Bagaimana kota-kota lainnya? Meski terjadi perlambatan, kota-kota besar lain mulai menunjukan harga yang kompetitif dengan Jakarta. Surabaya contohnya. Sebagai kota terbesar kedua, kota ini tampil sebagai salah satu tujuan investor untuk pembangunan properti.

Sedangkan Malang dan Semarang telah menjadi alternatif untuk membangun bisnis. Demikian halnya dengan Bandung dan Denpasar yang menunjukan harga kompetitif bagi ruang komersial seiring dengan semakin populernya sektor pariwisata di kota-kota ini.

 




Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com