Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Properti Jatuh, Korupsi dan Diskon Besar-besaran Merebak di Tiongkok

Kompas.com - 19/03/2015, 09:00 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

Sumber ibtimes

KOMPAS.com - Harga properti turun lagi di kota-kota besar Tiongkok sepanjang Februari lalu. Harga rumah baru di 66 dari 70 kota besar dan menengah yang disurvei, mengalami penurunan rata-rata 0,4 persen ketimbang bulan sebelumnya, dan berakhir 5,7 persen lebih rendah dari tahun 2013.

Menurut Biro Statistik Nasional (NBS), segelintir kota-kota besar yang tidak terlihat mengalami penurunan adalah kota di zona selatan ekonomi khusus Shenzhen, harganya justru naik 0,2 persen. Selain itu, ada pula kota industri pusat Wuhan, yang terlihat stabil.

Harga di pasar rumah sekunder juga mengalami penurunan di 61 kota, meskipun ada kenaikan di lima kota tertentu. Penurunan tajam ini terjadi karena bertepatan dengan Tahun Baru Imlek dan aktivitas diliburkan selama seminggu.

Meski begitu, jatuhnya harga dianggap sebagai kabar baik bagi sebagian besar masyarakat yang merasa bahwa harga properti menjadi sangat mahal. "Ledakan" pasokan selama satu dekade di sektor properti hingga beberapa tahun terakhir, yang sempat menyebabkan banyak keluarga untuk berinvestasi sangat tinggi, menjadi rentan terhadap penurunan harga.

Selama ini, sektor properti diperkirakan menyumbang sekitar 15 persen dari produksi ekonomi Tiongkok. Sedangkan penjualan tanah, memberi andil 40 persen dari pendapatan pemerintah daerah Tiongkok. NBS mengatakan, pembelian lahan baru oleh pengembang turun 31,7 persen secara tahunan pada dua bulan pertama 2015.

Kepala ekonom ANZ Bank Tiongkok, Li-geng Liu, mengatakan penjualan properti yang lemah pada bulan-bulan pertama tahun ini telah berperan dalam menurunkan kepercayaan konsumen. Indeks Keyakinan Konsumen Tiongkok jatuh ke rekor terendah pada bulan Maret.

Meskipun begitu, hampir dua pertiga dari responden masih memperkirakan ekonomi Tiongkok membaik tahun depan. Liu mencatat, efek pelonggaran moneter baru-baru ini terbatas, dan pemerintah harus mengambil langkah-langkah "lebih agresif" untuk menangkap perlambatan ekonomi.

Kegelisahan pasar properti telah memicu beberapa peristiwa penting yaitu dua pengembang paling terkenal di Shenzhen, Tiongkok dilaporkan berada di bawah investigasi karena diduga terlibat dengan kasus korupsi pejabat.

Salah satunya, Kaisa Group, baru-baru ini sempat menghindari pinjaman dollar, tetapi terus mencari konsesi dari kreditor. Sementara itu, Evergrande Real Estate, salah satu pengembang terbesar di Tiongkok, mengungkapkan awal pekan ini, telah menghasilkan tambahan pinjaman 16 miliar dollar AS untuk membantu mengatasi penurunan penjualan.

Dengan total penjualan properti yang turun 7,6 persen tahun lalu, pengembang kemudian mencoba sejumlah langkah untuk meningkatkan penjualan, termasuk diskon dan pemasaran Internet. Beberapa analisis memprediksi pemerintah dapat mengambil langkah lebih lanjut untuk meningkatkan pasar, termasuk menurunkan uang muka. Hal ini efektif untuk mencapai target pertumbuhan sekitar 7 persen per tahun.

Saat ini, pemerintah telah melonggarkan pengetatan di banyak kota, termasuk aturan pembatasan kredit perumahan murah untuk properti kedua.

Sementara itu, salah satu mantan penasihat bank sentral Tiongkok mengatakan akhir tahun ini cukup mengkhawatirkan karena mungkin memicu gelembung harga.

Pemerintah mungkin telah menempuh salah satu cara yang mungkin membantu pengembang menjual persediaan tanpa menciptakan gelembung harga rumah. Caranya, membangun rumah 'terjangkau' baru tahun ini, sebagai bagian dari program untuk membangun puluhan juta unit seperti satu dekade sebelumnya.

Tapi, sejauh ini banyak pengembang enggan untuk berpartisipasi dalam rencana tersebut, mengingat keuntungan yang terlalu rendah. Selain itu, pengembang merasa masih perlu melihat apakah kemerosotan harga saat ini di pasar akan mengubah pikiran mereka dalam waktu dekat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com