Ini terlihat dari Indeks Harga Properti Residensial yang tumbuh hanya 1,45 persen secara triwulanan (qtq) atau 7,92 persen secara tahunan (yoy). Indeks kuartal I ini lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal sebelumnya sebesar 1,77 persen (qtq) atau 11,51 persen (yoy).
"Perlambatan terjadi pada semua tipe rumah, khususnya rumah tipe menengah dan besar. Untuk kuartal II 2014, hasil survei memperkirakan harga properti residensial akan tumbuh 2,15 persen (qtq) atau lebih tinggi dari kenaikan pada kuartal I 2014," tulis BI dalam keterangan resmi, Kamis (15/5/2014).
Sejalan dengan perlambatan harga properti residensial, hasil survei menunjukkan pertumbuhan volume penjualan properti juga melambat. Volume penjualan properti residensial hanya tumbuh sebesar 15,33 persen (qtq) pada kuartal I 2014, jauh menurun dari pertumbuhan kuartal sebelumnya sebesar 31,54 persen (qtq).
"Penurunan ini antara lain sebagai dampak lanjutan dari kebijakan Loan to Value (LTV) yang diterapkan oleh Bank Indonesia pada September 2013," tulis BI.
Survei pun menunjukkan pembiayaan pembangunan properti residensial terutama bersumber dari internal pengembang. Sebagian besar pengembang (58,91 persen) menggunakan dana sendiri sebagai sumber pembiayaan usahanya. Adapun sumber pembiayaan konsumen untuk membeli properti masih didominasi oleh pembiayaan perbankan.
"Sebanyak 72,32 persen responden masih memanfaatkan KPR (Kredit Pemilikan Rumah) sebagai fasilitas pembiayaan dalam pembelian properti residensial, khususnya pada rumah tipe kecil," kata BI.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.