Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjualan Rumah di Jabodetabek Anjlok, Bekasi Terparah

Kompas.com - 22/04/2014, 14:45 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Berbeda dengan subsektor properti lainnya yang masih menunjukkan pertumbuhan, sektor perumahan justru mengalami penurunan. Indikasinya terlihat dari volume transaksi yang anjlok sebesar 10 persen hingga 20 persen atau rerata 15 persen selama semester kedua 2013 lalu.

Volume transaksi dari 30 perumahan dengan luas area di atas 30 hektar yang tercatat dalam basket penelitian Cushman & Wakefield Indonesia mencapai Rp 6,545 triliun. Sementara itu, pada semester pertama 2013 bertengger di angka Rp 7,7 triliun.

Menurut Senior Analyst Research and Advisory Cushman and Wakefield Indonesia, Runita Kesumaramshani, anjloknya transaksi penjualan rumah ini disebabkan oleh pemberlakuan kebijakan loan to value (rasio pemberian kredit terhadap nilai agunan) kedua pada September 2013 lalu.

"LTV yang mengharuskan konsumen membayar uang muka 30 persen menjadi penyebab utama terjadinya penurunan transaksi perumahan di Jadebotabek, selain kenaikan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR), juga KPR Inden," kata Runita kepada Kompas.com di Jakarta, Selasa (22/4/2014).

"Dampak LTV terjadi tidak hanya kepada konsumen secara langsung, melainkan juga pengembang. Dengan kebijakan tersebut pengembang harus membangun dulu untuk kemudian mendapatkan dana cicilan KPR konsumen," tambahnya.

Penurunan paling tajam terjadi di area Bekasi, yakni sebesar 20 persen. Biasanya, lanjut Runita, produk perumahan (klaster) baru diluncurkan langsung habis terserap pasar dalam hitungan hari. Namun, hal tersebut tidak lagi terjadi.

"Hingga kemudian pengembang mengubah orientasi ekspansi bisnisnya ke properti komersial seperti hotel, pusat belanja, dan apartemen," ujarnya.

Serpong juga menyusul Bekasi dengan kemerosotan aktivitas transaksi penjualan sebesar 15 persen. Sementara itu, Depok, Bogor, dan Tangerang mengalami perlambatan. Adapun Jakarta berada dalam kondisi stabil, karena tidak banyak pasokan rumah tapak di ibukota ini.

Rumah Rp 1 miliar

Adapun rumah yang paling laku ditransaksikan adalah seharga Rp 1 miliar untuk ukuran 70/100. Patokan harga tersebut bergeser dari tahun sebelumnya di mana rumah senilai Rp 800 juta masih menjadi primadona.

"Perubahan harga ini terkait dengan semakin tingginya harga lahan di daerah-daerah pengembangan tersebut," tandas Runita.

Contohnya, harga lahan di Bekasi, terutama Summarecon Bekasi dan Grand Wisata, saat ini sudah menembus angka Rp 9 juta per meter persegi. Harga lebih selangit dicapai kawasan Serpong, tepatnya Alam Sutera, Summarecon Serpong, dan BSD City yang berada pada level Rp 10 juta hingga Rp 15 juta per meter persegi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau