Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Properti: Menpera Itu Macan Ompong!

Kompas.com - 15/02/2013, 10:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepemilikan properti oleh warga negara asing (WNA) di Indonesia masih belum mengerucut ke satu solusi nyata. Di sisi lain, prioritas utama yang juga "pekerjaan rumah" besar bagi pemerintah adalah perumahan layak huni dan terjangkau masyarakat luas.

Demikian diungkapkan Prof Maria SW Sumardjono, Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM), pada "Debat Properti Kepemilikan Asing" yang diselenggarakan oleh majalah Property & Bank dan Indonesia Property Watch, di Gedung Bidakara, Jakarta, Kamis (14/2/2013). Maria menegaskan bahwa "pekerjaan rumah" tersebut seolah-olah dibiarkan terlupakan, bahkan terbengkalai.

"Yang diperlukan itu akses tempat tinggal, ini ingin kita ingatkan. Hak dasar manusia itu sandang, pangan, dan papan. Adalah tanggung jawab negara untuk menyelenggarakan perumahan yang sehat dan terjangkau," lanjut Maria.

Namun, merupakan hak dasar manusia, pemenuhan kebutuhan papan belum mampu terpenuhi. Sementara pada kenyataannya, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), backlog atau angka kekurangan pasokan perumahan di Indonesia pada 2010 saja sudah mencapai 13,6 juta. Angka ini bahkan diproyeksikan dapat membengkak hingga 15 juta pada 2014 mendatang.

Muncul pertanyaan, siapa yang harus menyelesaikan ini semua? Pasalnya, "pekerjaan" rumah ini bersifat nasional, lintas instansi, lintas sektoral, dan wilayah provinsi.

"Backlog itu tanggung jawab Presiden, mana bisa Menpera menyelesaikan backlog? Backlog itu masalah perumahan, infrastrukturnya urusan PU, tanahnya BPN, uangnya Depkeu, Menpera hanya bikin program," kata pakar hukum properti Erwin Kallo yang juga menjadi pembicara.

Karena masalah lintas sektoral, menurut Erwin, ketiga instansi tersebut harus bekerja sama dan keberhasilan kerja sama ini menjadi tanggung jawab presiden. Dia menegaskan, dengan begitulah presiden yang seharusnya menuntaskan masalah backlog, bukan Menteri Perumahan Rakyat (Menpera).

"Menpera itu macan ompong! Kalau cuap-cuap sendiri dan tidak di-backup oleh ketiga ini, mana bisa berjalan? Sekali lagi, kalau lintas sektoral dan lintas wilayah provinsi, itu tanggung jawab presiden," ujar Erwin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Kediri: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Kediri: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Tulungagung: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Tulungagung: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Gresik: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Gresik: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kediri: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kediri: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Probolinggo: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Probolinggo: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Seram Bagian Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Seram Bagian Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangkalan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangkalan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Magetan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Magetan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Pacitan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Pacitan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Lamongan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Lamongan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Mutu Beton Tol MBZ Disebut di Bawah Standar, Begini Respons Jasa Marga

Mutu Beton Tol MBZ Disebut di Bawah Standar, Begini Respons Jasa Marga

Berita
Fitch dan Moody's Naikkan Rating Kredit Pakuwon Jadi BB+

Fitch dan Moody's Naikkan Rating Kredit Pakuwon Jadi BB+

Berita
Nih Tujuh Mal Terindah di Dunia, Ada yang Langit-langitnya Kaca Patri Luas

Nih Tujuh Mal Terindah di Dunia, Ada yang Langit-langitnya Kaca Patri Luas

Ritel
Pilih Tandon Air di Atas atau Bawah Tanah? Ini Plus Minusnya

Pilih Tandon Air di Atas atau Bawah Tanah? Ini Plus Minusnya

Tips
Ini Lima Negara Asal WNA Paling Banyak Incar Properti di Indonesia

Ini Lima Negara Asal WNA Paling Banyak Incar Properti di Indonesia

Berita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com