Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lingkungan atau Kemiskinan?

Kompas.com - 13/12/2010, 06:08 WIB

  Oleh Arianto A Patunru

Being green is costly. Itu adalah ungkapan dalam diskusi tentang pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Artinya kira-kira adalah membangun ekonomi sekaligus menjaga lingkungan itu susah. Apalagi bagi negara miskin: boro-boro melindungi lingkungan, menjamin orang agar tidak kelaparan saja susah.

Anggapan itu yang ingin ikut diluruskan oleh konferensi ”The Environment of the Poor: Making Sustainable Development Inclusive” di New Delhi, India, beberapa waktu lalu.

Populasi orang miskin cenderung terkonsentrasi di daerah terpinggirkan: wilayah kumuh, lahan gersang, lokasi rentan banjir, dan sebagainya. Saat ini upaya pemberantasan kemiskinan di Asia dan Pasifik menunjukkan cukup banyak kemajuan. Namun, pada saat kemiskinan dalam dimensi sosial dan pendapatan menurun, kemiskinan lain cenderung meningkat: kemiskinan lingkungan.

Ancaman dampak negatif dari perubahan iklim juga ikut mempersulit upaya pengentasan orang miskin. Kebanyakan negara miskin berorientasi rural dan pertanian tradisional, maka sangat rentan dengan perubahan iklim. Tanpa antisipasi dan mitigasi yang tepat, kemiskinan bisa malah bertambah.

Kemiskinan di Indonesia memiliki beberapa karakteristik penting. Saat ini ia masih diasosiasikan dengan pedesaan (rural), pertanian dan informal. Di samping itu, kemiskinan nonmoneter (akses pada sanitasi, air bersih, dan lain lain) lebih parah ketimbang kemiskinan moneter. Isu ini sudah banyak dibahas dan kebijakan penanganannya juga memperlihatkan kemajuan. Namun, hubungan kemiskinan dengan lingkungan masih belum banyak dibicarakan.

Indonesia adalah salah satu negara dengan emisi karbondioksida terbesar. Sebagian besar emisi datang dari sektor kehutanan. Laju deforestasi di Indonesia masih sangat tinggi, sementara negara-negara seperti China, India, dan Vietnam menunjukkan reforestasi.

Komitmen Indonesia

Maka, Indonesia berkomitmen untuk mengurangi 26-41 persen emisinya sebelum 2020. Penurunan emisi bukan hanya untuk kepentingan dunia, tetapi lebih untuk kepentingan Indonesia sendiri. Pertanian (termasuk kehutanan) adalah sektor yang mengeluarkan emisi besar. Namun, ia juga tempat bergantung banyak orang miskin.

Mengurangi ketergantungan ekonomi kepada sektor pertanian tanpa mekanisme realokasi bisa menimbulkan beban tambahan. Deforestasi adalah pengurangan jumlah sumber daya alam neto. Artinya, ia tidak berkelanjutan: akses generasi mendatang atas kesempatan ekonomi yang sama dengan generasi sekarang akan terancam. Hal sama terjadi di sektor pertambangan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com