Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah Keunikan dan Keunggulan Jalan Layang Antapani Bandung

Kompas.com - 24/01/2017, 09:21 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

BANDUNG, KompasProperti — Pembangunan jalan layang (overpass) Antapani bertujuan untuk mengatasi kemacetan yang setiap hari terjadi di persimpangan Jalan Antapani dan Jalan Terusan Jakarta, apalagi pada jam sibuk pagi dan sore hari serta akhir pekan.

Jalan layang Antapani merupakan proyek percontohan teknologi corrugated mortarbusa pusjatan (CMP) yang baru pertama kali diterapkan di Indonesia.

Baja struktur yang digunakan berbentuk corrugated atau armco dengan tiga jumlah bentang. Panjang untuk bentang tengah adalah 22 meter dengan tinggi ruang bebas vertikal 5,1 meter dan lebar bentang lainnya (u-turn) adalah 9 meter. 

CMP adalah teknologi yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan (Pusjatan) Balitbang Kementerian PUPR.

Teknologi ini merupakan pengembangan teknologi timbunan ringan mortar busa dengan struktur baja bergelombang.

Kelebihan CMP adalah masa konstruksi yang lebih cepat 50 persen. Jika dibandingkan untuk konstruksi beton umumnya memakan waktu 12 bulan, CMP hanya memerlukan enam bulan.

Kelebihan lainnya adalah bentangan konstruksi jembatan yang panjang dengan lengkungan jembatan dapat mencapai 36 meter sehingga mampu mengakomodasi hingga delapan lajur kendaraan di bawah jembatan.

Pelaksanaan konstruksi CMP juga tidak mengharuskan penutupan jalur kendaraan sehingga memberikan dampak yang sangat kecil terhadap kemacetan di sekitar lokasi konstruksi.

CMP memiliki nilai estetis sehingga dapat menjadi suatu lanskap dan bahkan bisa menjadi landmark suatu kawasan.

Pusat Komunikasi Publik Kementerian PUPR Jembatan Layang Antapani telah mencapai progres konstruksi sebesar 70 persen.
Konsumsi bahan alam dalam konstruksi CMP jauh lebih rendah dibandingkan konstruksi dengan teknologi beton sehingga ramah lingkungan.

Teknologi mortar busa ini digunakan sebagai pengganti timbunan tanah atau sub-base yang biasanya dipakai tanpa memerlukan lahan yang lebar karena dapat dibangun tegak dan tidak memerlukan dinding penahan serta tidak perlu alat pemadat karena dapat memadat dengan sendirinya.

Penggunaan baja bergelombang, selain mempercepat waktu pelaksanaan jembatan layang, juga lebih efisien secara pembiayaan.

Biasanya, untuk membuat satu jembatan dengan beton bertulang, dibutuhkan biaya sekitar Rp 120 miliar.

Namun, untuk pembuatan jembatan layang dengan struktur baja bergelombang dan timbunan ringan mortar busa, hanya dibutuhkan anggaran Rp 35 miliar.

Pembangunan jalan layang Antapani merupakan proyek kerja sama antara Pusjatan Kementerian PUPR, Pemerintah Kota Bandung, dan Pemerintah Korea.

Dari anggaran Rp 35 miliar yang dibutuhkan untuk pembangunan jalan layang Antapani, komposisi pembiayaan terdiri Rp 22 miliar berasal dari Pusjatan Kementerian PUPR, Rp 10 miliar dari Pemerintah Kota Bandung, dan Rp 3 miliar dari Pemerintah Korea Selatan dalam bentuk komponen material.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau