Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota Cerdas Berkelanjutan, Solusi Urbanisasi

Kompas.com - 23/07/2016, 15:34 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com - Kota cerdas berkelanjutan dianggap menjadi salah satu pilar pembangunan perkotaan di Indonesia, terutama untuk menjawab tantangan urbanisasi.

Saat ini tercatat 53 persen penduduk Indonesia tinggal di kawasan perkotaan. Ini menunjukkan peningkatan enam kali lipat ketimbang medio 1970-an.

Pada dasarnya, kota cerdas berkelanjutan bertujuan menciptakan ruang perkotaan yang berkualitas untuk membuat masyarakat menjadi aman, sehat, sejahtera, bahagia, dan selamat.

Dalam rangka mengembangkan kota cerdas berkelanjutan maka kawasan perkotaan itu harus memiliki 20 persen Ruang Terbuka Hijau (RTH), 20 persen jalan dan pedestrian, serta pengelolaan sampah yang baik.

Selain itu, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan mengembangkan kota cerdas berkelanjutan dengan mengembangkan ruang-ruang publik yang memadai sebesar 40 persen dari luas kota.

"Selain melayani sistem internal, kota cerdas berkelanjutan juga bertujuan untuk melayani sistem eksternal wilayah yang lebih berdaya saing, produktif dan efisien sehingga membentuk jejaring kota-kota yang saling terkoneksi satu-sama lain," kata Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian PUPR Hermanto Dardak, dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (22/7/2016).

Kota cerdas berkelanjutan mampu secara ekologis merespon tantangan perubahan iklim dan memberikan tata kelola perkotaan yang baik.

Dardak mengklaim, saat ini kota cerdas berkelanjutan bukan hanya konsep saja. Kementerian PUPR dalam hal ini telah memulai bermacam inisiatif guna merealisasikan kota cerdas berkelanjutan tersebut.

"Secara garis besar, inisiatif itu terdiri dari delapan atribut pengelolaan kota cerdas berkelanjutan, yakni smart development planning and design, smart open space, smart water, smart waste, smart building, smart energy, smart building and construction, serta smart community," jelasnya.

Salah satu atribut yakni smart development planning and design diakui Dardak diterapkan dalam pengembangan kota berkonsep Transit Oriented Development (TOD) di koridor Jalan Jenderal Sudirman Jakarta.

Konsep itu kemudian menjadikan kawasan tersebut kompak dengan pola penggunaan lahan campuran atau mixed use.

Pembangunan yang ada kemudian dilakukan secara vertikal dengan koefisien dasar bangunan (KDB) rendah dan koefisien lantai bangunan (KLB) tinggi.

Konsep tersebut kemudian mampu menciptakan kawasan bagi pejalan kaki dengan ketersediaan ruang publik yang memadai dan integrasi moda transportasi guna menghubungkan antar pusat aktivitas masyarakat.

Konsep kota cerdas juga diklaim Dardak digunakan untuk melakukan perencanaan pembangunan yang dilakukan oleh Kementerian PUPR.

"Smart city ini juga kami terapkan pada penggunaan teknologi dalam memonitor debit air di Bendungan Jatigede, rencana penerapan free flow jalan tol, analisis traffic kendaraan, pembangunan Sodetan Kali Ciliwung, dan pengelolaan sampah terpadu," tandas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau