Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Sebut "Groundbreaking" Sejuta Rumah Hanya Pencitraan

Kompas.com - 18/05/2015, 17:00 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah diminta berkonsentrasi untuk mewujudkan program sejuta rumah. Pakar properti Panangian Simanungkalit mengatakan, program tersebut terancam gagal.

"Kebanyakan pencitraannya. Di bawah (pemerintahan Presiden Joko Widodo) Jokowi ini, menteri hanya satu (Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat). Pekerjaan menteri hanya dibantu dirjen (direktur jenderal)," ujar Panangian kepada Kompas.com, Minggu (17/5/2015).

Panangian membandingkan, pada saat pemerintahan dipegang oleh Presiden RI ke-6 Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dibagi menjadi dua menteri, yaitu Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Perumahan Rakyat. Dengan disatukannya kedua kementerian itu, lanjut Panangian, pembagian tugasnya menjadi saling tumpang tindih antara infrastruktur dan perumahan.

Dia mengatakan, perumahan yang dulu merupakan satu kementerian tersendiri saja sudah sarat masalah, apalagi jika disatukan dengan PU. Terkait kegiatan groundbreaking yang dilakukan Kementerian PUPR pada 29 April silam, menurut Panangian, tidak bisa dijadikan tolok ukur keberhasilan program sejuta rumah.

"Groundbreaking itu pencitraan. Semangat mereka bisa-bisa saja, tapi itu belum menyelesaikan masalah," kata Panangian.

Pasokan

Mengingat pemerintah melimpahkan pembangunan sebanyak 600 ribu unit kepada pengembang, lanjut Panangian, hal tersebut belum didukung kebijakan dan kemudahan bagi pengembang (supply). Kebijakan yang ada saat ini hanya fokus pada keterjangkauan masyarakat (demand), misalnya uang muka satu persen dan bantuan uang muka sebesar Rp 4 juta.

"Kebijakan itu cenderung hanya melihat sisi demand. Kita tahu kalau di market itu ada demand dan supply. Persoalannya ini supply, bukan di demand," tutur Panangian.

Panangian menjelaskan, aspek suplai adalah masalah lama dan itu karena pemerintah tidak bisa membangun rumah secara mandiri. Jika pemerintah tidak mampu memproses terobosan baru terkait pengadaan suplai tersebut, maka masalah perumahan tidak akan usai.

Dia mengatakan, pemerintah harus jeli melihat kebutuhan pengembang untuk membangun 600 ribu rumah. Jika hanya fokus meringankan masyarakat untuk mendapatkan rumah tanpa dibarengi ketersediaan suplai, maka demand akan semakin menumpuk.

"Sepuluh tahun SBY membangun 100 ribu per tahun saja susah, apalagi 600 ribu. Darimana jalannya," kata Panangian.

Sementara itu, lanjut dia, soal kemudahan perizinan yang dijanjikan pemerintah kepada pengembang, hal tersebut belum terlaksana secara maksimal. Belum semua daerah di Indonesia telah memangkas perizinan dan membuat kepengurusan pada satu pintu.

Selain itu, tambah Panangian, asosiasi perumahan di Indonesia juga belum satu irama dalam memberantas persoalan rumah rakyat. Dengan demikian, hal ini menambah panjang daftar persoalan perumahan di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER PROPERTI] Perumahan Murah Meriah di Sleman, Harganya Kurang dari Rp 200 Juta

[POPULER PROPERTI] Perumahan Murah Meriah di Sleman, Harganya Kurang dari Rp 200 Juta

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Blitar: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Blitar: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Madiun: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Madiun: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Tuban: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Tuban: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Ngawi: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Ngawi: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Nganjuk: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Nganjuk: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Andalkan Merek Sendiri, Vila Mewah Ini Siap Berkompetisi di Bali

Andalkan Merek Sendiri, Vila Mewah Ini Siap Berkompetisi di Bali

Kawasan Terpadu
IHG Operasikan Sembilan Hotel Baru di Indonesia Tahun 2024

IHG Operasikan Sembilan Hotel Baru di Indonesia Tahun 2024

Hotel
Ada 'Long Weekend', Whoosh Angkut Lebih dari 78.000 Penumpang

Ada "Long Weekend", Whoosh Angkut Lebih dari 78.000 Penumpang

Berita
4 Hari 'Long Weekend', Penumpang Stasiun Gambir-Pasar Senen Melonjak

4 Hari "Long Weekend", Penumpang Stasiun Gambir-Pasar Senen Melonjak

Berita
Lewat Pelataran, Urus Sertifikat Tanah Bisa Dilakukan Akhir Pekan

Lewat Pelataran, Urus Sertifikat Tanah Bisa Dilakukan Akhir Pekan

Berita
Kini, Pelataran Hadir di 107 Kantor BPN Seluruh Indonesia

Kini, Pelataran Hadir di 107 Kantor BPN Seluruh Indonesia

Berita
Naik Whoosh Lebih Mudah, Ada Banyak Integrasi Moda

Naik Whoosh Lebih Mudah, Ada Banyak Integrasi Moda

Berita
Gratis, Naik KA Feeder dari Stasiun Padalarang-Bandung

Gratis, Naik KA Feeder dari Stasiun Padalarang-Bandung

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sleman: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sleman: Pilihan Hunian Ekonomis

Perumahan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com