Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"CBD Baru", Trik Pengembang dan Konsultan Supaya Proyeknya Laku!

Kompas.com - 25/04/2014, 15:47 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Persaingan bisnis di sektor properti Indonesia, saat ini semakin sengit. Kompetisi tidak hanya antarsesama pengembang domestik, melainkan juga dengan pengembang mancanegara.

Berbagai cara pun dihalalkan guna memenangi persaingan. Termasuk mengemas proyek properti multifungsi dengan tampilan "topeng" central business district (CBD) baru. Kemasan "CBD" ini ternyata lebih menjual ketimbang hanya mixed use development (pengembangan multifungsi). Hal ini disadari betul oleh para pengembang dan juga praktisi properti lainnya. 

Alhasil, bertebaranlah proyek-proyek multifungsi yang diklaim sebagai "CBD" baru. CBD Cawang, CBD baru Pluit, CBD baru Tanjung Duren, CBD baru Slipi, CBD baru Puri Indah, CBD Ciledug dan lain sebagainya.

Padahal, menurut pengamat properti dan Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia, Panangian Simanungkalit, CBD merupakan pusat bisnis dan komersial di mana kantor-kantor pusat (head quarter) perbankan, keuangan, jasa, asuransi, hotel, dan industri, berkumpul dalam satu koridor.

"Penyebutan proyek properti dan juga wilayah tertentu sebagai CBD baru hanya aksi kreatif pengembang, untuk tidak dikatakan gimmick. Memang, setiap ibukota negara umumnya punya CBD yang sudah terkenal. Di Malaysia, CBD terletak di Bukit Bintang, Singapura punya CBD terletak di sepanjang Orchard Road. Di Indonesia, khususnya Jakarta, CBD hanya ada di "segitiga emas", yaitu kawasan Sudirman, Kuningan, Thamrin," jelas Panangian kepada Kompas.com, Kamis (24/4/2014).

CBD Jakarta, lanjut Panangian, adalah Kawasan Segitiga Emas yang mencakup koridor Sudirman, Thamrin, dan Kuningan. Tak mungkin ada lagi CBD baru di luar yang utama itu. Kalau pun ada, hanyalah pusat-pusat pertumbuhan baru.

Wabah virus CBD tersebut rupanya tak hanya melanda ibukota, di daerah pun, para pengembang latah menamakan proyeknya sebagai CBD. Contohnya, CBD Balikpapan, Kalimantan Timur. Padahal, isinya hanya campuran antara properti apartemen, hotel, perkantoran dan pusat belanja. Perusahaan yang sudah memberikan konfirmasi mengisi ruang perkantoran juga bukan kantor pusat, melainkan kantor wilayah, dan cabang.

Konsultan ikut bermain

Aksi kreatif pengembang ini juga diikuti para konsultan properti yang memang memiliki kepentingan besar untuk mengangkat proyek-proyek di wilayah pengembangan baru garapan klien masing-masing. 

Cushman & Wakefield Indonesia, contohnya. Mereka menggadang-gadang Cempaka Putih sebagai pusat bisnis baru yang akan berkembang pesat dalam beberapa tahun mendatang. Menurut mereka, kawasan ini merupakan "rumah" bagi perusahaan yang bergerak di bidang keuangan dan perbankan, asuransi, konsultansi, perkapalan, dan perdagangan.

Sementara JLL menjagokan koridor Gatot Subroto, Slipi dan Puri Indah sebagai CBD berikutnya setelah Segitiga Emas dan kawasan TB Simatupang.

Lain lagi dengan Colliers Internasional Indonesia yang mengedepankan kawasan Serpong, terutama BSD City, dan sebagian wilayah Tangerang Selatan yang bakal menyaingi Simatupang.

Head of Research JLL, Anton Sitorus, mengakui, para konsultan, termasuk kantornya, punya kepentingan untuk mengangkat kawasan-kawasan tersebut sebagai CBD baru. "Ini supaya properti milik pengembang yang jadi klien kami laku terserap pasar," ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (24/4/2014).

Dalam catatan Kompas.com, masing-masing konsultan tersebut saat ini memang tengah menggarap pemasaran dan penjualan proyek-proyek beberapa pengembang kakap. Bahkan, beberapa di antaranya merupakan megaproyek dengan skala triliunan Rupiah. Sebut saja Holland Village, Puri Indah Town Center, PIK Gold Coast, dan Intermark.

Ditegaskan oleh Panangian, jika kawasan-kawasan seperti Jakarta Barat "diagung-agungkan" menjadi CBD baru oleh pengembang, itu hanya langkah agar penawaran produk propertinya menarik.

"Hal itu sah saja dilakukan. Hanya saja, "menggeser" CBD tergolong mustahil. Saya sudah mengamatinya 30 tahun, tidak ada CBD yang bergeser," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau