Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

REI: "Bangun Rumah Murah Bukan Untung, Malah Buntung"

Kompas.com - 05/03/2014, 14:28 WIB
Tabita Diela

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sosok pengembang properti selalu identik dengan pengusaha sukses yang mudah meraup keuntungan hingga ratusan persen. Namun, pada bincang-bincang yang digelar DPP Realestat Indonesia (REI), Rabu (5/2/2014), hal itu dibantah oleh Ketua DPP REI Eddy Hussy.

Eddy, beserta Sekjen DPP REI Hari Raharta Sudrajat, dan Wakil Ketua Umum REI Bidang Pembiayaan dan Perbankan Preadi Ekarto, satu suara mengungkapkan bahwa tidak selamanya pengembang meraup keuntungan besar. Bahkan, sebagian besar pengembang perumahan bersubsidi atau rumah murah yang tergabung dalam DPP REI justeru mengalami kerugian.

"REI ini ada anggota yang memang khusus membangun proyek besar, dan ada yang membangun untuk masyarakat menengah bawah. Sebagian besar membangun rumah MBR. Ternyata, apapun kebijakan yang ada dari pemerintah, anggota REI tetap membangun," ujar Eddy.

Eddy juga mengatakan, bahwa REI sudah menargetkan pembangunan 120.000 unit rumah tapak dengan harga terjangkau tahun ini. Namun, belum tentu ke-120.000 unit tersebut sepenuhnya bisa dibeli dengan memanfaatkan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Hal ini terjadi lantaran ada sedikit selisih harga karena kondisi pasar yang tidak mendukung.

Wakil Ketua Umum REI Bidang Pembiayaan dan Perbankan Preadi Ekarto menimpali pernyataan Eddy. Menurut dia, rumor bahwa pengembang bisa untung 300 sampai 400 persen itu tidak mungkin, terutama untuk pengembang rumah bersubsidi.

"Komponen harga rumah itu, bangunan 50 persen dan tanah, serta sarana 50 persen. Bangunan dibuat orang, kita bisa dapat untung dari sisi tanah. Keuntungan 300 persen itu tidak mungkin untuk pengembang. Yang bisa untuk sebesar itu malah konsumen. Itu kalau rumah sederhana," kata Preadi.

Di sisi lain, harga rumah bersubsidi juga sudah dipatok oleh pemerintah. Mau tak mau, pengembang REI yang membangun rumah bersubsidi harus mengikuti patokan harga itu. Preadi mengatakan, sama seperti alasan pengembang lainnya, meningkatnya harga tanah membuat jumlah rumah bersubsidi yang mampu dibangun kini semakin sedikit. 

"Di tempat saya ada 50 hektar. Setelah dibangun 30 hektar untuk rumah subsidi, berubah bentuk menjadi komersial," ujarnya.

Seyogianya, lanjut Preadi, keuntungan bisa diraih jika pada periode atau proyek selanjutnya ia bisa membangun dengan jumlah yang sama. Sayangnya, dengan peningkatan harga, Preadi justeru hanya mampu membangun 10 hektar.

"Saya tidak untung, malah buntung. Pengembang, terutama pengembang rumah sederhana, tidak untung, tapi rugi," ujarnya.

Berdasarkan catatan Kompas.com, sepanjang 2014 ini Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Real Estate Indonesia (REI) menargetkan pembangunan sekitar 120.000 unit rumah bersubsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di seluruh Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ternyata, Lubang di Kursi Plastik Ada Fungsinya

Ternyata, Lubang di Kursi Plastik Ada Fungsinya

Umum
Harga Sewa Perkantoran di Jakarta Turun

Harga Sewa Perkantoran di Jakarta Turun

Berita
Tahun Ini, Jakarta Tambah Pasokan Kantor Baru Seluas 19 Hektar

Tahun Ini, Jakarta Tambah Pasokan Kantor Baru Seluas 19 Hektar

Berita
10 Juta Bambu Digunakan sebagai Matras Tol 'Atas Laut' Semarang-Demak

10 Juta Bambu Digunakan sebagai Matras Tol "Atas Laut" Semarang-Demak

Konstruksi
Bikin Halaman Belakang Rumah Kian Privat dengan 5 Cara Ini

Bikin Halaman Belakang Rumah Kian Privat dengan 5 Cara Ini

Eksterior
Kecelakaan Subang, Lemahnya Regulasi Pemerintah Mengatur Kelayakan Bus

Kecelakaan Subang, Lemahnya Regulasi Pemerintah Mengatur Kelayakan Bus

Berita
Prototipe Rumah Sederhana Dinilai Mudahkan Pengembang dan Pemda

Prototipe Rumah Sederhana Dinilai Mudahkan Pengembang dan Pemda

Perumahan
Apersi Dukung Pemerintah Rilis Kebijakan Prototipe Rumah Sederhana

Apersi Dukung Pemerintah Rilis Kebijakan Prototipe Rumah Sederhana

Perumahan
[POPULER PROPERTI] Perumahan Murah Meriah di Sleman, Harganya Kurang dari Rp 200 Juta

[POPULER PROPERTI] Perumahan Murah Meriah di Sleman, Harganya Kurang dari Rp 200 Juta

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Blitar: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Blitar: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Madiun: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Madiun: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Tuban: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Tuban: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Ngawi: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Ngawi: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Nganjuk: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Nganjuk: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Andalkan Merek Sendiri, Vila Mewah Ini Siap Berkompetisi di Bali

Andalkan Merek Sendiri, Vila Mewah Ini Siap Berkompetisi di Bali

Kawasan Terpadu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com