Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Baja Lokal Bakal Naik

Kompas.com - 15/01/2014, 20:20 WIB
Latief

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga besi dan baja di dalam negeri mau tak mau akan naik. Kenaikan ini terkait dengan masih melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS.

"Karena sebagian besar material bahan baku industri besi dan baja dalam negeri harus diimpor dari luar, seperti billet dan slab. Ini rentan terhadap perubahan nilai tukar," kata Direktur Eksekutif IISIA (the Indonesian Iron and Steel Industry Association) Hidayat Triseputro di Jakarta, Rabu (15/1/2014).

Namun, lanjut Hidayat, persoalan menaikan harga besi dan baja di dalam negeri tidak bisa dilakukan sembarangan. Hal tersebut harus memperhatikan daya serap pasar industri di dalam negeri.

"Untuk itu, produsen besi dan baja dalam negeri harus mempersiapkan program penjualan dalam jangka panjang terkait kondisi tren menguatnya Dolar AS," kata Hidayat.

Tak hanya itu. Hidayat mengatakan, kenaikan harga baja juga merupakan imbas kenaikan harga listrik dan gas alam beberapa waktu lalu. Untuk menyikapi kondisi ini perlu dilakukan kenaikan yang sifatnya gradual (bertahap).

"Sedangkan di sisi pasokan perlu dibuat road map program jangka panjang industri besi dan baja agar seimbang," ujarnya.

Dengan demikian, menurut Hidayat, langkah terbaik industri baja di dalam negeri adalah terus memantau kondisi nilai tukar seraya menyiapkan program penyesuaian harga jual dalam jangka panjang. Hal itu penting, karena kondisi industri besi dan baja di Indonesia sebenarnya juga dialami sejumlah Negara.

"Banyak negara juga tidak bisa mengalihkan ke pasar ekspor mengingat daya daya serap pasar internasional juga terbatas," kata Hidayat.

Berdasarkan data Platts SBB dan The Steel Index, tren kenaikan harga besi dan baja sudah terlihat sejak awal Desember 2013-Januari 2014 naik 10%-15%. Senada dengan hal itu, Dirjen Kerjasama Industri Internasional Kementerian Perindustrian Agus Tjahajana Wirakusumah mengatakan,  harga besi dan baja sangat erat kaitannya dengan perubahan nilai tukar (kurs). Ini terjadi karena bahan baku (bahan mentah) masih harus diimpor (seperti slab, billet dan lain-lain. Bahkan, gas sebagai bahan pembuat besi/baja yang dibeli di dalam negeri harus dibayar dengan Dolar AS, sementara baja skrap (besi tua) juga harus diimpor dan dibayar dengan Dolar AS.

Menurut Agus, saat ini dunia sedang kelebihan pasokan baja. Jadi industri baja nasional dalam situasi sulit, di satu sisi harga barang jadi cenderung turun, tetapi bahan baku meningkat karena perubahan kurs.

"Agar  produsen dunia dan di dalam negeri dapat bertahan maka nampaknya terpaksa harus meningkatkan harga produknya agar tidak terus menurun.

Sebenarnya harga besi dan baja saat ini masih dibawah harga pada saat awal 2013. Seperti biasanya, tiap awal tahun harga baja memiliki siklus dengan kecenderungan lebih tinggi dibanding akhir tahun.

"Karena itulah, konsumen perlu mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi dengan sebaik baiknya," kata Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pendapatan Waskita Beton Naik 38 Persen Jadi Rp 505,68 Miliar

Pendapatan Waskita Beton Naik 38 Persen Jadi Rp 505,68 Miliar

Berita
Jumlah Backlog Kepemilikan Rumah Berkurang Jadi 9,9 Juta

Jumlah Backlog Kepemilikan Rumah Berkurang Jadi 9,9 Juta

Berita
Kuartal I-2024, Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen

Kuartal I-2024, Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen

Berita
[POPULER PROPERTI] Pasok Material Tol Padang-Sicincin, HK Kolaborasi dengan Korem 032/Wirabraja

[POPULER PROPERTI] Pasok Material Tol Padang-Sicincin, HK Kolaborasi dengan Korem 032/Wirabraja

Berita
9 Jembatan Tua di Jatim Tuntas Diganti, Telan Biaya Rp 591,9 Miliar

9 Jembatan Tua di Jatim Tuntas Diganti, Telan Biaya Rp 591,9 Miliar

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Pekalongan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Pekalongan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Purbalingga: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Purbalingga: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Brebes: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Brebes: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kebumen: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kebumen: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Kini, Masyarakat Banyuwangi Tak Lagi Waswas soal Kepastian Tanah

Kini, Masyarakat Banyuwangi Tak Lagi Waswas soal Kepastian Tanah

Berita
Berapa Lama Mesin Cuci di Rumah Anda Bisa Bertahan?

Berapa Lama Mesin Cuci di Rumah Anda Bisa Bertahan?

Tips
5 Tanda Mesin Cuci di Rumah Anda Perlu Diganti

5 Tanda Mesin Cuci di Rumah Anda Perlu Diganti

Tips
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Rembang: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Rembang: Pilihan Ekonomis

Perumahan
MRT Jakarta Gaet SMI, Garap Proyek Mixed Use di Dekat Stasiun Blok M dan ASEAN

MRT Jakarta Gaet SMI, Garap Proyek Mixed Use di Dekat Stasiun Blok M dan ASEAN

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Salatiga: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Salatiga: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com