KOMPAS.com - Pengumuman UTBK SNBT dan tahun ajaran baru perguruan tinggi kian dekat. Para mahasiswa baru pun akan mulai berbondong-bondong mencari kos-kosan.
Saat ini, mencari kos dapat dilakukan secara online, baik itu melalui media sosial maupun platform-platform khusus kos.
Namun, di tengah kemudahan itu, masyarakat juga perlu berhati-hati dengan penipuan kos-kosan, alias kos bodong.
Dilansir dari rilis pers yang diterima Kompas.com pada Rabu (21/5/2025), Cove, perusahaan teknologi properti (Proptech) yang mengusung konsep flexible co-living, membagikan tips untuk dapat mengenali modus dan terhindar dari kos bodong di media daring.
Baca juga: Semester I, Cove Buka Kos-kosan di Jepang dan Korsel
1. Telusuri Akun Media Sosial Kos
Beberapa tanda yang mudah dikenali dari akun penipuan kos adalah nama dan foto profil yang mencurigakan, kolom komentar dinonaktifkan, serta kualitas konten rendah seperti konten yang diunduh dan diunggah ulang.
Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa penipu telah berhasil membangun pengikut, jumlah likes, hingga interaksi agar terlihat asli.
Jadi, masyarakat bisa memastikan lebih lanjut dengan mencari nama akun/kos tersebut di Google, TikTok, atau X untuk menemukan testimoni orang lain, serta mengecek nomor contact person di aplikasi identifikasi nomor telepon.
Selain memanfaatkan akun bodong, beberapa penipu juga ditemui membalas komentar di konten-konten pengiklan kos lainnya atau reviewer kos.
Model penipuan ini umumnya mencari pengguna yang bertanya terkait detail kos pada konten tersebut, mengiming-imingi mereka dengan harga spesial yang jauh lebih murah jika pemesanan dilakukan melalui nomor WhatsApp palsu mereka.
2. Lihat ulasan yang diunggah ke Google Business Profile
Google menjadi salah satu sumber yang biasa digunakan untuk menemukan ulasan untuk berbagai kafe, hotel, ataupun tempat bisnis lainnya. Namun, platform ini mulai dimanfaatkan dalam modus penipuan iklan kos.
Ulasan di Google dapat diberikan oleh siapapun tanpa moderasi dan dapat diakses secara publik.
Untuk bisa menarik korban, penipu akan memberikan ulasan di properti yang mereka targetkan, bersama dengan unggahan foto yang berisikan nomor WhatsApp palsu.
Jika kita tidak jeli, foto tersebut bisa terlihat seakan informasi kontak resmi dari pemilik bisnis, padahal merupakan konten yang diunggah oleh sesama pengguna.
Untuk menghindari modus ini, masyarakat bisa menggunakan fitur "Oleh Pemilik" saat melihat foto kos di Google, dan mengecek ulang nomor tersebut melalui aplikasi identifikasi nomor telepon.
Baca juga: Rukos, Rumah Berkonsep Kos Makin Digandrungi
3. Jangan Mau Keluarkan Biaya untuk Survei
Umumnya survei kos tidak memungut biaya, karena secara operasional proses ini tidak memakan biaya besar bagi pemilk dan juga menjadi cara menarik hati calon penghuni dalam keputusan untuk menyewa kamar.
Jadi, jika pengiklan kos meminta biaya DP atau admin sebelum memberikan alamat survei, besar kemungkinan itu adalah modus penipuan. Pastikan biaya yang dikeluarkan hanya untuk keperluan booking atau finalisasi kontrak sewa.
4. Jangan Mudah Tergiur Harga Miring
Beberapa penipu berusaha menarik korbannya dengan mengiklankan kos berfasilitas eksklusif, lokasi strategis, dan bangunan bagus dalam harga yang sangat murah.
Jika sebuah penawaran terlihat terlalu bagus, kemungkinan memang karena itu merupakan modus penipuan.
Harga kos dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat fasilitas, layanan, serta lokasi yang ditawarkan.
Mempelajari kisaran harga pasar kos di lokasi yang dituju dapat menjadi bekal yang baik untuk merencanakan bujet dan menghindari harga-harga penipu yang tidak masuk akal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.