KOMPAS.com - Rumah adalah tempat tinggal yang memberikan kenyamanan dan keamanan bagi penghuninya.
Namun, seiring waktu, kondisi rumah dapat menurun akibat usia bangunan, cuaca, atau penggunaan sehari-hari.
Renovasi menjadi solusi untuk memperbaiki kerusakan, meningkatkan fungsi, atau menyegarkan tampilan rumah.
Tapi, bagaimana cara mengetahui kapan rumah benar-benar perlu direnovasi?
1. Kerusakan Struktural
Retakan kecil pada dinding mungkin wajar, tetapi retakan lebar (lebih dari 3 mm) atau retakan diagonal pada fondasi bisa menandakan masalah struktural, seperti penurunan tanah atau kelemahan konstruksi.
Baca juga: Aguan dan Yayasan Buddha Tzu Chi Renovasi 2.000 Rumah di Jawa
Berikutnya, jika lantai terasa miring atau berderit saat dilalui, ini bisa mengindikasikan kerusakan pada balok penyangga atau fondasi.
Tanda-tanda seperti noda air pada plafon, genteng pecah, atau kebocoran saat hujan menunjukkan perlunya perbaikan atap. Jika dibiarkan, kebocoran dapat merusak struktur kayu atau menyebabkan jamur.
2. Instalasi Listrik dan Pipa yang Bermasalah
Pemadaman listrik berulang, colokan yang memanas, atau kabel yang usang menandakan sistem kelistrikan sudah ketinggalan zaman atau tidak aman.
Standar kelistrikan modern mengharuskan penggunaan kabel berisolasi ganda dan panel listrik dengan pemutus arus.
Kebocoran pipa, air keruh, atau saluran air yang sering mampet menunjukkan perlunya penggantian pipa atau perbaikan sistem saluran.
Pipa galvanis yang sudah tua, misalnya, rentan berkarat dan perlu diganti dengan pipa polyvinyl chlorida (PVC) atau polypropylene-random copolymer (PPR).
Jika tagihan listrik atau air meningkat drastis tanpa perubahan pola penggunaan, ini bisa menandakan kebocoran pipa atau peralatan listrik yang tidak efisien.
3. Tampilan dan Fungsi yang Ketinggalan Zaman
Dapur dengan keramik kuno, kamar mandi tanpa ventilasi memadai, atau ruang tamu yang terasa sempit bisa membuat rumah kurang nyaman. Renovasi dapat memperbarui estetika dan meningkatkan nilai jual rumah.
Jika keluarga bertambah atau kebutuhan ruang kerja meningkat, rumah mungkin perlu ditambah kamar, mezzanine, atau ruang multifungsi.
Kabinet dapur yang lapuk, pintu yang sulit dibuka, atau jendela yang bocor menunjukkan perlunya pembaruan untuk meningkatkan fungsi.
4. Masalah Kesehatan dan Kenyamanan
Bercak jamur pada dinding atau plafon, bau apek, atau kelembapan tinggi bisa membahayakan kesehatan, terutama bagi anak-anak atau lansia. Ini sering disebabkan oleh ventilasi buruk atau kebocoran.
Rumah yang terlalu panas pada siang hari atau dingin pada malam hari menandakan isolasi termal yang buruk.
Renovasi dapat mencakup pemasangan insulasi dinding, jendela ganda, atau atap dengan lapisan reflektif panas.
Jika suara dari luar atau antar-ruangan terlalu mengganggu, renovasi untuk menambahkan peredam suara mungkin diperlukan.
5. Kondisi Lingkungan dan Keamanan
Genangan air di halaman saat hujan menunjukkan sistem drainase yang tidak memadai, yang dapat merusak fondasi rumah.
Pagar yang rapuh, kunci pintu yang usang, atau kurangnya sistem keamanan (seperti CCTV atau alarm) menandakan perlunya pembaruan untuk melindungi penghuni.
Rumah di daerah rawan banjir, gempa, atau angin kencang mungkin perlu diperkuat dengan material tahan bencana, seperti beton bertulang atau atap antiangin.
6. Regulasi dan Kepatuhan Hukum
Jika rumah telah direnovasi tanpa Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atau tidak sesuai Perda setempat, renovasi mungkin diperlukan untuk memenuhi regulasi agar terhindar dari sanksi.
Rumah Subsidi: Untuk rumah subsidi, renovasi besar dilarang dalam 5 tahun pertama kecuali untuk perbaikan kecil (misalnya atap bocor atau dinding rembes), sesuai Keputusan Menteri PUPR Nomor 242/KPTS/M/2020.
Jika rumah subsidi menunjukkan kerusakan struktural, konsultasi dengan pengembang atau dinas perumahan diperlukan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.