Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sirkulasi Cahaya Buruk Berdampak pada Kesehatan Karyawan

Kompas.com - 30/11/2020, 14:51 WIB
Ardiansyah Fadli,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Sumber Forbes

JAKARTA, KOMPAS.com - Sirkulasi pencahayaan di tempat kerja sering kali terabaikan. Padahal, hal itu sangat penting untuk menciptakan tempat kerja yang lebih membahagiakan dan sehat.

Dilansir dari Forbes, pencahayaan yang buruk di tempat kerja akan berdampak buruk pada kesehatan karyawan. Baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental.

Beberapa dampak itu adalah ketegangan mata, sakit kepala, kelelahan, dan juga stres dan kecemasan di lingkungan kerja yang lebih bertekanan tinggi.

Kurangnya sinar matahari alami berdampak buruk pada tubuh dan pikiran, dan dapat mengakibatkan kondisi seperti gangguan afektif musiman atau seasonal affective disorder (SAD).

Baca juga: Tips Segarkan Ruang Kerja Selama WFH dengan Tanaman

Sebuah perusahaan asal Inggris, Staples pada Oktober 2018 melakukan survei penelitian tentang dampak dan efek cahaya di tempat kerja.

Survei penelitian tersebut melibatkan sebanyak 7000 responden yang merupakan karyawan kantoran berbasis meja yang berasal dari 10 negara di Eropa.

Inggris sebanyak 2.000 orang, Jerman 1.000 orang, Perancis 500, Belanda 500 orang, Swedia 500 orang, Norwegia 500 orang, Spanyol 500 orang, Italia 500 orang, Portugal 500 orang, dan Finlandia 500 orang.

Hasilnya, sebanyak 80 persen pekerja kantor mengatakan memiliki pencahayaan yang baik di ruang kerja sangat penting.

Sebanyak 40 persen responden tersebut dalam bekerja harus berurusan dengan pencahayaan yang tidak nyaman setiap hari.

Sementara itu, sepertiga atau 32 persen responden mengatakan pencahayaan yang lebih baik akan membuat mereka lebih bahagia di tempat kerja.

Namun, sebaliknya ketika akses ke sinar matahari alami sangat terbatas di musim dingin, banyak yang merasa stres dan menderita gangguan afektif musiman (SAD).

Hasilnya juga menunjukkan bahwa 25 persen responden merasa frustrasi karena harus menghadapi pencahayaan yang buruk di tempat kerja mereka.

Supervisor psikologi anak di NYU Lagone Medical center Joe Taravella, mengatakan
hanya 13-15 menit paparan cahaya alami sudah cukup untuk memicu pelepasan endorfin atau "hormon bahagia".

"Paparan cahaya matahari alami ini sebenarnya sangat dibutuhkan, paling tidak 13-15 menit saja itu sudah cukup untuk memicu pelepasan endorfin atau hormon bahagia," kata Joe.

Penelitian oleh Staples menyebut bahwa 68 persen dari tenaga kerja yang disurvei mengakui bahwa mereka akan merasa lebih dihargai jika perusahaan tersebut mempertimbangkan kesehatan dan kesejahteraan mereka dan berinvestasi dalam pencahayaan yang dibutuhkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Forbes
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Banjar: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Banjar: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sukabumi: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sukabumi: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Surat Edaran Prototipe Rumah Sederhana Segera Terbit

Surat Edaran Prototipe Rumah Sederhana Segera Terbit

Berita
Segudang Keuntungan Gunakan Wastafel 'Stainless Steel' di Dapur

Segudang Keuntungan Gunakan Wastafel "Stainless Steel" di Dapur

Tips
Lima Tahun ke Depan, Pertumbuhan 'Crazy Rich' Indonesia Lampaui Dunia

Lima Tahun ke Depan, Pertumbuhan "Crazy Rich" Indonesia Lampaui Dunia

Berita
Incar Mahasiswa dan Turis, Winland Tawarkan Hunian Rp 300 Juta di Malang

Incar Mahasiswa dan Turis, Winland Tawarkan Hunian Rp 300 Juta di Malang

Apartemen
Mulai Tahun Ini, Tarif Sewa Gedung Kantor di Jakarta Naik 3 Persen

Mulai Tahun Ini, Tarif Sewa Gedung Kantor di Jakarta Naik 3 Persen

Perkantoran
186.000 Hektar Hutan Adat di Tapanuli Utara dan Luwu Utara Diregistrasi

186.000 Hektar Hutan Adat di Tapanuli Utara dan Luwu Utara Diregistrasi

Berita
4,39 Juta Orang Naik Kereta Selama 22 Hari Angkutan Lebaran 2024

4,39 Juta Orang Naik Kereta Selama 22 Hari Angkutan Lebaran 2024

Berita
Ditarget Tuntas Oktober, Ini Progres Bendungan Bolango Ulu di Gorontalo

Ditarget Tuntas Oktober, Ini Progres Bendungan Bolango Ulu di Gorontalo

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Cianjur: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Cianjur: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bandung: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bandung: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Sertifikat Elektronik Persempit Ruang Gerak Mafia Tanah

Sertifikat Elektronik Persempit Ruang Gerak Mafia Tanah

Berita
[POPULER PROPERTI] Mei 2024, Tol Betung-Tempino-Lencir Mulai Dibangun

[POPULER PROPERTI] Mei 2024, Tol Betung-Tempino-Lencir Mulai Dibangun

Berita
Transportasi Cerdas dalam Rekayasa Lalu Lintas Selama Mudik Lebaran

Transportasi Cerdas dalam Rekayasa Lalu Lintas Selama Mudik Lebaran

Berita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com