Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesona Arsitektur Tradisional untuk Rumah Masa Kini

Kompas.com - Diperbarui 11/11/2022, 07:30 WIB
Hilda B Alexander

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Menerapkan arsitektur rumah tradisional masa kini tentunya membuat tampilan hunian tampak unik dan tampil beda.

Contohnya adalah sebuah hunian bertajuk Paviliun Bentara yang dikerjakan oleh arsitek Pramudya. Paviliun Bentara yang berlokasi di Kota Bekasi, terlihat sangat nyaman dan asri.

Dari eksteriornya, kesan tradisional tampak jelas dengan membiarkan dinding tanpa finishing, penggunaan elemen kayu dan bambu yang menampilkan warna alami, serta dominasi warna tanah yang kental.

Sementara bagian interiornya, keunikan utama tampak pada bagian plafon atap yang sengaja memperlihatkan rangka genteng tanah liat yang terekspos sehingga memunculkan kesan etnik.

Arsitektur Tradisional dengan Atap Rumah Segitiga dan Elemen Bambu

Desain fasad rumah segitiga kembar karya arsitek Pramudya www.arsitag.com Desain fasad rumah segitiga kembar karya arsitek Pramudya
Fasad Paviliun Bentara tampak beda dan unik berkat bentuk atap segitiga. Lebih dari itu, bangunan sengaja dibuat layaknya dua bangunan kembar yang terpisah.

Masing-masing sisi atap dibuat memanjang ke bawah, sehingga nyaris membentuk segitiga yang sempurna.

Saat ini, bentuk atap segitiga seperti di Paviliun Bentara terbilang semakin jarang digunakan. Bentuk atap pelana jauh lebih populer ketimbang bentuk atap segitiga.

Padahal zaman dahulu, rumah-rumah di Indonesia banyak yang memakai bentuk atap segitiga.

Bentuk atap segitiga dengan kemiringan 25 derajat hingga 30 derajat memang sangat cocok digunakan untuk hunian yang berada di wilayah curah hujan tinggi seperti di Indonesia.

Bentuk atap segitiga memudahkan air hujan turun karena gravitasi. Melengkapi keunikan atap berbentuk segitiga, arsitek Pramudya memilih material yang identik dengan kesan tradisional, yakni material bambu.

Material bambu dengan warna aslinya ditata miring pada dinding fasad bagian atas, dan juga digunakan untuk gerbang paviliun.

Pesona arsitektur tradisional semakin kental berkat kombinasi material bambu dan genteng dari tanah liat tanpa sentuhan cat.

Permukaan genteng yang sudah lama, biasanya akan berjamur dan berubah kehitaman.

Namun justru kondisi itulah yang membuat nuansa tradisional dan natural terasa semakin autentik.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Sumber


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com