JAKARTA, KOMPAS.com - Bali dengan segala pesona alam dan budayanya masih menjadi magnet dunia. Meskipun demikian, tidak semua lokasi di Pulau Dewata ini potensial untuk investasi properti.
Selain itu, masyarakat Bali sangat memegang teguh adat istiadat dan nilai-nilai tradisi yang turun menurun antar generasi atau disebut “Ajeg Bali”.
Seperti pada perayaan Nyepi yang tahun 2020 yang jatuh pada tanggal 25 Maret, merupakan bagian dari “Ajeg Bali”.
Hari besar ini menjadi daya tarik wisatawan lokal dan dunia untuk turut merayakannya. Tujuan Hari Raya Nyepi adalah terciptanya suasana sepi dari hiruk pikuk kehidupan dan juga menjauhi hawa nafsu yang bertujuan menyucikan alam semesta dan juga manusia itu sendiri.
Baca juga: Bisnis Hotel Bali Hadapi Tantangan Berat, Sampah dan Lingkungan
Menurut General Manager Ciputra Group Andreas Raditya, biasanya wisatawan yang larut dalam kegiatan ini, akan mencari ruang relaksasi dan menjauhi aktivitas dunia.
“Lokasi yang natural dan hening paling dicari sebagai ruang relaksasi,” ujar Raditya kepada Kompas.com, Senin (2/3/2020).
Ia menambahkan, hal ini sangat menarik dari sisi investasi, karena di Bali tidak bisa dibangun gedung-gedung tinggi
Selain itu, ketersediaan tanah pun kian terbatas, sementara di sisi lain permintaan demikian tinggi, dan terus meningkat.
Dampaknya, apalagi kalau bukan harga yang melangit. Hal ini dipandang sebagai peluang, terutama untuk properti dengan konsep vila, resort, dan tempat relaksasi.
Raditya menuturkan, salah satu indikator tingginya permintaan akan properti berkonsep vila adalah nilai penjualan dua klaster Nivata dan Sadana di Ciputra Beach Resort, Tabanan.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan