Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bernardus Djonoputro
Ketua Majelis Kode Etik, Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP)

Bernardus adalah praktisi pembiayaan infrastruktur dan perencanaan kota. Lulusan ITB jurusan Perencanaan Kota dan Wilayah, dan saat ini menjabat Advisor Senior disalah satu firma konsultan terbesar di dunia. Juga duduk sebagai anggota Advisory Board di Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung ( SAPPK ITB).

Selain itu juga aktif sebagai Vice President EAROPH (Eastern Region Organization for Planning and Human Settlement) lembaga afiliasi PBB bidang perencanaan dan pemukiman, dan Fellow di Salzburg Global, lembaga think-tank globalisasi berbasis di Salzburg Austria. Bernardus adalah Penasehat Bidang Perdagangan di Kedubes New Zealand Trade & Enterprise.

Menu Après-ski Davos dan Pengaruh World Economic Forum bagi Indonesia

Kompas.com - 28/01/2020, 12:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BAGI pegiat outdoor dan olah raga salju, budaya après-ski adalah bagian terpenting dari rentetan kegiatan ski.

Après-ski, atau after-ski-drinks, adalah saat yang ditunggu pada penghujung hari untuk bercengkerama bersama teman dan keluarga setelah seharian memacu adrenalin menjelajahi lembah dan kaki gunung bersalju.

Maka walaupun kaki masih sakit setelah seharian meluncur di salju, après-ski adalah momen dialog terbaik.

Sambil mencoba snapsch (semacam tuak) desa setempat, saya luruskan kaki-kaki kaku karena sepatu ski saya dan mulai mencoba menelusuri apa sih hebatnya World Economic Forum (WEF) bagi Indonesia?

Diselimuti suhu minus 6, dalam satu minggu setiap bulan Januari jalanan kawasan pedesaan Landwasser Valley di bagian pegunungan Alps di Swiss, ribuan mobil mewah membawa rombongan orang penting baik pejabat negara, pimpinan korporasi atau para pengawalnya.

Bahkan dalam tiga tahun terakhir, para pejabat memakai kendaraan listrik sebagai cara penyampaian pesan atau sekadar sarana pamer untuk menyatakan diri ramah lingkungan.

Setelah 49 tahun, World Economic Forum terus menggulirkan narasi-narasi tentang kerja sama antara publik dan korporasi.

Dari kota pedesaan Davos di ketinggian 1,500 meter di atas permukaan laut, kisah pergumulan ide dan adu argumen nilai-nilai, terus menyebar diskursus di berbagai kalangan bak virus secara global.

Tahun ini kehadiran Indonesia pada rangkaian WEF, melanjutkan tradisi aktivitas di seputaran pertemuan para partisipan utama konferensi.

Catatan selama ini memperlihatkan, kegiatan di ruang konferensi utama diikuti 3.000-an peserta yang membayar biaya dan tiket mahal.

Namun The Guardian merilis biasa rata-rata 30.000-an orang total memanfaatkan satu minggu tersebut untuk pertemuan dan penyampaian gagasan di sekitar panggung utama.

Desa ski kecil di lembah berpenduduk 11,000 orang ini pun sibuk dan macet karena manusia-manusia dari pusat-pusat ekonomi dunia datang pada saat bersamaan.

Tema pertemuan kali ini adalah Stakeholders for a Cohesive and Sustainable World, dengan fokus pada pembaruan konsep stakeholder dalam kapitalisme untuk mengatasi ketimpangan pendapatan, terbelahnya masyarakat dan krisis lingkungan.

Lebih dari 400 sesi berjalan paralel, dan ratusan lainnya di seantero desa.

Menjajal Rencana Pemindahan IKN

Isu pengembangan kota layak huni dan cergas, dan rencana pemindahan ibu kota negara (IKN) ke Kalimantan menjadi topik pertama pada hari ke-3 WEF bertempat di paviliun Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com