Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Djoko Setijowarno
Akademisi

Peneliti Laboratorium Transportasi Unika Soegijapranata

Aspek Keselamatan, Faktor Krusial Tol Layang Jakarta-Cikampek

Kompas.com - 12/12/2019, 18:39 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ASPEK keselamatan menjadi hal yang sangat penting sebelum Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek atau Tol Jakarta-Cikampek II Elevated beroperasi. Oleh sebab itu, fungsionalisasi saat Natal dan Tahun Baru (Nataru) menjadi bahan masukan sebelum tahapan tol dikomersialkan.

Jika publik sudah harus membayar, maka aspek keamanan dan kenyamanan wajib disediakan sesuai standar pelayanan minimum (SPM) layanan jalan tol. Rentang waktu satu hingga dua bulan setelah masa Nataru adalah proses penyempuraan dan perapian dalam rangka menuju layanan yang berkeselamatan, aman dan nyaman.

Peresmian Tol Layang Jakarta-Cikampek sepanjang 38 kilometer, menjelang Natal dan Tahun Baru telah dilakukan 12 Desember 2019. Ruas jalan tol ini terbentang dari Cikunir hingga Kerawang Barat (km 9+500 sampai dengan km 47+500).

Biaya investasi pembangunan tol layang ini sekitar Rp 16,23 triliun, dengan rincian konstruksi menelan Rp 11,69 triliun dengan masa konsesi selama 45 tahun dan operasional tertutup.

Rancangan atau desain lalu lintasnya untuk arah Jakarta-Cikampek dari KM 9 hingga KM 20 ruas tol layang ini membentang di median jalan, mulai KM 23 hingga KM 38.

Akhir-akhir ini, di media sosial, publik ramai mendiskusikan jalan tol layang ini bergelombang dan tidak aman. Informasi dari penyelenggara tol, yakni PT Jasa Marga (Persero) Tbk, untuk alinyemen vertikal memang tidak dibuat lurus, agak bergelombang bila dilihat dari kejauhan.

Hal ini dirancang untuk menghemat biaya konstruksi, namun masih mematuhi norma atau aturan pedoman membangun jalan yang berkeselamatan. Di area jembatan penyeberangan orang (JPO) atau overpass, maka elevated naik lebih tinggi.

Terus akan kembali lagi ke elevasi normal. Karena banyaknya alinyemen vertikal, maka jadinya naik turun. Jika difoto-foto memang keasannya meliuk-likuk, padahal tetap aman.

Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) yang dibentuk Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) ikut mengawasi sejak pekerjaan perencanaan atau desain hingga pelaksanaan konstruksi.

Selama pekerjaan konstruksi, dapat dikatakan tidak pernah ada kecelakaan kerja yang berakibat fatal. Kendati pun, pelaksanaan pekerjaan ini cukup sulit dilakukan di tengah lalu lintas kendaraan di bawahnya yang harus tetap melaju dan di sisi kanan dan kiri juga ada pekerjaan LRT Jabodebek dan Keretea Cepat Jakarta-Bandung.

Meskipun demikian, harus diakui pekerjaan Tol Layang Jakarta-Cikampek ini terkadang sangat menganggu keterlambatan perjalanan. Waktu tempuh Jakarta-Bandung bisa di atas 5 jam.

Tidak mengherankan, sebagian penggunanya beralih menggunakan moda kereta lintas Jakarta-Bandung. Penumpang KA Jakarta-Bandung pernah menyusut sejak beroperasinya Tol Cipularang tahun 2005.

Namun dalam kurun kurang dari 10 tahun setelah beroperasi, kemacetan di ruas Tol Jakarta-Cikampek tidak terelakkan lagi, sehingga perlu menambah kapasitasnya.

Waktu tempuh antara Jakarta-Bandung idealnya sekitar 3 jam, saat terjadi kemacetan perjalanan dapat ditempuh lebih dari 5 jam. Bahkan, pernah terjadi lebih dari 10 jam menjelang tahun baru beberapa tahun lalu.

Harus diakui, mobilitas Jakarta-Bandung paling tinggi di Indonesia. Dua kota ini perekonomiannya cukup tinggi karena memiliki magnet daya tarik yang cukup besar.

Selain ada jalan tol, sebelumnya sejak era Kolonial Pemerintah Hindia Belanda sudah terhubung jalan kereta api yang meliuk-liuk dilereng perbukitan dan lembah antara Jakarta-Bandung. Kala itu, perjalanan KA sudah dapat ditempuh 3 jam, sama dengan dengan sekarang.

Perlu penyempurnaan dan perapian

Sesungguhnya, secara konstruksi kondisi jalan Tol Layang Jakarta-Bandung ini sudah layak digunakan. Namun jika dioperasikan untuk komersial, harus memperhatikan aspek keselamatan, keamanan dan kenyamanan. Oleh sebab itu, perlu penyempuraan dan perapian sepanjang ruas tol tersebut.

Dengan difungsikan menjelang Natal dan Tahun Baru, dan saat musim hujan, akan memberikan keuntungan bagi pengelola jalan tol ini. Pertama, dapat mempelajari perilaku pengguna tol.

Kedua, dapat memeriksa kondisi saluran air yang sudah terpasang, apakah saat hujan, dapat menampung dan menyalurkan air hingga ke arah yang sudah dipasang dan tidak terjadi kebocoran atau sumbatan sepanjang saluran itu.

Proses penyempurnaan dan perapian akan memakan waktu sekitar 1-2 bulan ke depan. Hal ini penting, mengingat sepanjang perjalanan tidak ada on off ramp dan rest area. Jalur untuk penyelematan emergency juga harus dibangun, berupa tangga turun di delapan lokasi yang dekat dengan lokasi putar balik atau U Turn.

Juga harus dilengkapi lagi dengan empat lokasi parking bay yang masing-masing lokasi akan dibangun sepanjang 60 meter. Kira-kira dapat menampung sekitar 10-15 kendaraan parkir dalam kondisi darurat.

Kehati-hatian pengguna tol sangat diperlukan. Sesuai himbauan dari PT Jasa Marga selaku penyelenggara. Setidaknya ada delapan hal yang harus diperhatikan ketika melewati Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek.

Pertama, tol ini untuk perjalanan jarak jauh untuk ke arah cikampek, yaitu Karawang Timur, Bandung dan Cikampek dan ke arah Jakarta adalah JORR, Pondok Gede dan Cawang.

Kedua, akses masuk dan keluar jalan tol hanya di Simpang Susun Cikunir dan Karawang Barat. Ketiga, hanya dibolehkan kendaraan kecil golongan 1, yaitu non-bus, non truk dengan tinggi maksimum 2,1 meter.

Meskipun sebenarnya sudah dirancang untuk semua jenis kendaraan termasuk bus dan truk. Yang dikhawatirkan sebenarnya truk kapasitas lebih (over dimension) dan muatan lebih (over load) dapat mengurangi umur rencana jalan tol ini.

Keempat, batas kecepatan kendaraan antara 60 kilometer per jam-80 kilometer per jam. Kelima, tempat istirahat dan pelayanan (TIP) atau rest area terdekat adalah Jalan Tol Jakarta-Cikampek bawah di KM 50 dan KM 57 untuk arah Cikampek dan di KM 06 untuk arah Cawang.

Keenam, ada cara untuk mengatisipai jika dalam kondisi darurat, yaitu disediakan 8 lokasi emergency U Turn atau putar balik berlawanan arah.

Ketujuh, saldo E Toll dan bahan bakar minyak BBM cukup untuk melakukan perjalanan ini. Dan ke delapan, memastikan kendaraan dan pengemudi dalam kondisi prima, ini yang harus diperhatikan.

Jalan tol layang ini menjadi ajang pembelajaran bagi semua, terutama bagi regulator dan operator dalam hal untuk memberikan rasa selamat, aman dan nyaman bagi penggunanya.

Persiapan waktu untuk dioperasikan secara komersial harus benar-benar dimatangkan. Jangan sampai demi memenuhi dan menyenangkan pimpinan mengorbankan aspek keselamatan. Keselamatan di jalan menjadi perhatian semua pihak. Terlebih angka kecelakaan lalu lintas di jalan raya tidak pernah menurun secara berarti.

Semoga penambahan kapasitas dan panjang jalan ini tidak akan menambah angka kecelakaan lalu lintas. Pilihan perjalanan tidak hanya dengan jalan tol, masih tersedia KA dan transportasi umum yang lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com