Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Kira Ruang Publik Cantik Ini Dulunya Bangunan Lawas Telantar?

Kompas.com - 10/12/2019, 13:09 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengembangan bangunan mangkrak saat ini mulai menggeliat. Beberapa gedung yang dulunya tidak terurus dan dibiarkan melapuk, kini berubah rupa dan menjadi salah satu tujuan wisata seperti:

M Bloc Space

Hunian di sepanjang Jalan Panglima Polim ini pada mulanya merupakan rumah dinas Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri).

Sebanyak 16 unit rumah berjejer rapi di pinggir jalan.

Kini, bekas perumahan pegawai Perum Peruri tersebut beralih fungsi menjadi kawasan niaga.

Tak hanya itu, belasan gudang di bagian belakang rumah juga berubah menjadi kedai serta tempat pertunjukan musik.

Pimpinan Eksekutif M Bloc Space Handoko Hendroyono mengatakan, salah satu hal yang paling menonjol dari pengembangan ini adalah tidak adanya ruang parkir kendaraan.

Cara ini dipilih guna mengedukasi sekaligus memaksa publik untuk lebih memanfaatkan fasilitas publik.

Sejumlah mural yang berada di ruang tengah M Bloc Space menjadi spot foto bagi anak mudaAlbertus Eka Sejumlah mural yang berada di ruang tengah M Bloc Space menjadi spot foto bagi anak muda
Selain itu, konsep pengembangan M Bloc Space diharapkan juga mampu mendorong masyarakat agar lebih memanfaatkan transportasi publik.

Handoko menuturkan, pengembangan M Bloc Space sendiri menggunakan skema kerja sama revenue sharing dengan tenant dan pihak Peruri.

"Kami modalnya revenue sharing. Jadi kami transparan semua pembayaran semua transparan melalui satu sistem yang bisa diakses oleh siapa saja," ucap Handoko di Jakarta, Senin (9/12/2019).

Hingga saat ini, M BLoc Space dikunjungi 50.000 orang setiap bulan dengan transaksi yang mencapai lebih dari Rp 16 miliar per bulan.

Rest Area KM 260B Banjaratma

Tampilan visual rest area yang berada di KM 260B Jalan Tol Pejagan-Pemalang sempat viral di media sosial saat arus mudik lalu.

Betapa tidak, tempat istirahat yang menjadi bagian dari jalan tol tersebut dirancang dengan konsep berbeda dari rest area lain pada umumnya.

Direktur Utama PT PP Sinergi Banjaratma, Rachmat Priyatna mengungkapkan, bangunan ini dulunya merupakan bekas Pabrik Gula Banjaratma.

Menurut Rachmat, pabrik tersebut dulunya didirikan oleh perusahaan perkebunan NV Cultuurmaatschappij yang berpusat di Amsterdam, Belanda pada tahun 1908.

Area Drop Off. Rest Area KM 260B Heritage-Banjaratma awalnya merupakan bangunan Pabrik Gula Banjaratma yang didirikan oleh perusahaan perkebunan yang berpusat di Amsterdam, Belanda, NV Cultuurmaatschappij pada 1908. Dok. PT PP Sinergi Banjaratma Area Drop Off. Rest Area KM 260B Heritage-Banjaratma awalnya merupakan bangunan Pabrik Gula Banjaratma yang didirikan oleh perusahaan perkebunan yang berpusat di Amsterdam, Belanda, NV Cultuurmaatschappij pada 1908.
Kemudian, setelah puluhan tahun beroperasi, produksi pabrik mulai menurun dan terpaksa tutup.

Lalu muncul ide untuk mengelola dan megaktfkan kembali aset-aset BUMN yang tidak produktif, salah satunya adalah mengubah bangunan lama ini menjadi rest area.

Pembangunan rest area dilakukan dengan mempertahankan bentuk asli fisik pabrik gula. Beberapa bagian bangunan tidak diubah, seperti dinding yang masih menggunakan bata asli.

Di bangunan utama, pengunjung bisa menikmati suasana klasik. Selain itu, terdapat dua buah mesin penggilingan tebu serta lokomotif bekas penarik bahan baku yang masih dipertahankan.

"Unsur-unsur heritage banyak disukai. Kami pun juga menambahkan lokomotif bekas penarik tebu yang sempat kami mintakan ke PTPN IX, jadi ditaruh di sana dan menjadi salah satu spot tempat orang berfoto," ucap Rachmat (10/6/2019).

De Tjolomadoe

Selain Banjaratme, Pabrik Gula Colomadu juga mengalami perombakan. Bangunan bekas produksi gula saat ini diubah menjadi ruang konser serta wisata sejarah.

Marketing Communication De Tjolomadoe Ari Nurrohman mengatakan, gedung tersebut didirikan pada tahun 1861 oleh Mangkunegoro IV.

Kala itu, tempat ini menjadi pabrik gula terbesar pada masanya. Namun, operasi pabrik berhenti pada tahun 1998.

Kemudian pada tahun 2017, PT Sinergi Colomadu merevitalisasi kawasan pabrik gula yang saat ini menjadi sebuah museum.

Beberapa ruangan tekah berubah fungsi menjadi tempat pertunjukan, ruang niaga, kedai, dan area wisata.

Di beberapa ruanga, mesin-mesin produksi masih dipertahankan untuk melestarikan nuansa klasik pabrik.

Pabrik Gula Colomadu di Karanganyar, Jawa Tengah, Jumat (24/5/2019) yang telah direvitalisasi menjadi tempat wisata dan kawasan komersial. Kini namanya berubah menjadi De Tjolomadoe.KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO Pabrik Gula Colomadu di Karanganyar, Jawa Tengah, Jumat (24/5/2019) yang telah direvitalisasi menjadi tempat wisata dan kawasan komersial. Kini namanya berubah menjadi De Tjolomadoe.
Selain itu, pemberian nama-nama ruangan pun mengacu pada julukan saat pabrik tersebut masih aktif beroperasi, seperti tasiun Gilingan, Stasiun Ketelan, Stasiun Penguapan, dan Stasiun Karbonatasi.

Ada pula beberapa ruangan lain Besali Cafe, Tjolomadoe Hall, dan Sarkara Hall yang dapat digunakan sebagai concert dan convention hall.

(Sumber: Kompas.com/Rosiana Haryanti, Sherly Puspita)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com