JAKARTA, KOMPAS.com - Musim Natal merupakan momen paling membahagiakan untuk berkumpul bersama keluarga.
Banyak sekali hal-hal yang dilakukan dalam menyambut musim Natal serta Tahun Baru. Salah satunya berbelanja kebutuhan untuk mengisi perayaan tersebut.
Pada akhir November hingga awal Januari merupakan periode yang paling tepat bagi merek dagang kelas atas berkompetisi. Tingkat penjualan bisa mencapai 30 persen dari penjualan tahunan.
Jurnalis Katharine Whitehorn mengatakan, dari sudut pandang komersial, jika Natal tidak ada, maka perlu untuk menciptakannya (daya tarik pembeli untuk berbelanja).
Baca juga: Lima Tahun Lagi, Generasi Milenial Terancam Tidak Bisa Membeli Rumah
Seiring berjalannya waktu, cara konsumen menyikapi setiap perayaan kini telah berubah.
Tahun lalu, British Retail Consortium melaporkan bahwa peritel tidak dapat menjual barang mereka ketika Natal dengan baik.
Bahkan, Kantor Statistik Nasional mengaitkan penurunan penjualan ini dengan Black Friday, karena konsumen memilih untuk membelanjakan lebih banyak uangnya pada merek terkenal selama periode November.
Hal ini didukung oleh penelitian dari McKinsey yang menunjukkan bahwa hanya 19 persen konsumen Inggris berpartisipasi dalam Black Friday, yaitu pada 2015-2017.
Tetapi, mengubah kebiasaan berbelanja tidak sama dengan mengurangi pengeluaran. Begini cara memengaruhi milenial berbelanja:
1. Daya beli meningkat
Mari kita mulai dengan menghilangkan beberapa mitos. Meskipun generasi milenial mengalami hal yang lebih buruk daripada generasi sebelumnya, itu tidak berarti mereka tidak punya uang.
Faktanya, seiring dengan bertambahnya usia milenial, mereka mulai mengungguli orang tua mereka.
Mereka juga mengalami pendewasaan dengan cara lain, sekitar 80 persen dari milenial adalah pekerja, 58 persen menikah, dan 44 persen sudah menjadi orang tua.
Dan untuk merek dagang itu berarti para milenial menjadi pasar yang sangat menjanjikan.
2. Belanja online
Sebagai generasi pertama pengguna digital, tidaklah mengejutkan untuk menemukan bahwa generasi millenial adalah generasi yang paling melek dengan pembelanjaan online.
Menurut penelitian Google, mereka menghabiskan 60 persen waktu belanja online, dan melampaui Generasi Z yang hanya sebanyak 56 persen dan Generasi X sebanyak 58 persen.
Lebih jauh, baik generasi milenial maupun pembeli Gen Z mengatakan bahwa mereka berbelanja online lebih banyak pada tahun 2018 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Kecanggihan teknologi merupakan faktor utama pada hal ini. Milenial sangat menyukai informasi yang mudah tersedia dengan cepat.
Penelitian menunjukkan bahwa keterlambatan waktu informasi satu detik dapat memengaruhi tingkat konversi hingga 20 persen.
Apa artinya kasus ini terhadap merek dagang? Jika para merek dagang dapat memperluas toko mereka ke ranah online, dapat mempermudah para milenial untuk menemukan apa yang mereka inginkan dengan kemudahan akses pembelian serta dapat membantu merek dagang mendapatkan pembeli.
3. Menyediakan wifi gratis di dalam toko
Hampir tiga perempat generasi Milenial atau sekitar 72 persen, mengunjungi toko untuk berbelanja Natal selama dua hari, angka yang sebanding dengan generasi yang lebih tua dari sebelumnya.
Bedanya, generasi Milenial jauh lebih mungkin untuk melakukan pencarian online sebanyak 86 persen.
Plus, 40 persen dari semua pembeli menggunakan telepon mereka di dalam toko untuk membantu mengambil barang apa saja yang ingin dibelanjakan.
Karenanya, jika Anda membantu pelanggan dengan kemudahan akses dengan cepat seperti wifi gratis, dapat membuat Anda memiliki penawaran yang mudah ditemukan.
Selain itu, Anda juga akan mendapat manfaat dari pembeli yang lebih baik seperti hal ini.
4. Berikan bonus
Baik Milenial dan Gen Z menghabiskan sebagian besar waktu belanja mereka untuk membeli hadiah Natal untuk orang lain, termasuk orang tua mereka masing-masing 23 persen dan 32 persen, saudara kandung sebanyak 16 persen dan 23 persen dan teman-teman dari kedua generasi sebanyak 20 persen dan 24 persen.
Namun, mereka juga memiliki keluarga yang lebih muda untuk menjadi salah satu pertimbangan. Satu dari lima Milenial atau sekitar 21 persen juga membeli belanjaan untuk anak-anak mereka.
Ini adalah salah satu tren yang berkembang, lebih dari seperempat Milenial dan pembeli Gen Z mengatakan bahwa mereka lebih banyak membeli hadiah untuk orang lainketimbang untuk dirinya, masing-masing 27 persen untuk keduanya.
Tentu saja, sementara kebiasaan berubah para periode perayaan Natal, peluang bagi penjual tetap sama.
Dengan memahami bagaimana generasi baru menjelajah dan membeli musim ini, penjual dapat medapatkan hasil yang diinginkan dengan mengetahui cara ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.