Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Bulan MRT Jakarta Beroperasi, Permintaan Properti Melesat Tinggi

Kompas.com - 18/11/2019, 16:32 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAs.com - Tujuh bulan pasca beroperasionya MRT Jakarta, permintaan properti melesat tinggi. 

Managing Director Lamudi Indonesia Mart Polman mengungkapkan perubahan permintaan properti yang menunjukkan kurva meningkat, kepada Kompas.com, Minggu (17/11/2019).

"Saya pikir MRT Jakarta  telah membuktikan sendiri, penggunaanya sangat tinggi. Ini sebuah prestasi yang patut diapresiasi untuk sesuatu yang baru ada di Jakarta, bahkan Indonesia," kata Mart.

Jika harus membandingkan waktu perjalanan di Koridor Lebak Bulus-Bunderan HI sepanjang 16 kilometer yang harus ditempuh banyak penumpang, MRT Jakarta memberikan keuntungan yang jelas dalam hal efisiensi waktu.

"Kami telah melihat permintaan yang lebih tinggi untuk properti di dekat stasiun atau sekitar MRT Jakarta," lanjut Mart.

Hal senada dikemukakan Direktur Operasional dan Perawatan PT MRT Jakarta Muhammad Effendi saat presentasi pada MRT Fellowhip Program, Jumat (15/11/2019).

Menurutnya harga lahan dan properti di dekat stasiun MRT melonjak lebih tinggi dengan cepat.

"Oleh karena itulah, perusahaan kemudian membuat kajian studi (feasibility study) untuk membangun properti berbasis transit oriented development (TOD). Proyek perdana akan direalisasikan di Stasiun Duku Atas," ungkap Effendi.

Dari pengembangan TOD di seluruh 13 stasiun Koridor Lebak Bulus-Bunderan HI, potensi pendapatan yang dapat diraup senilai Rp 240 triliun.

Harapannya, pendapatan ini dapat menutupi ongkos operasional MRT Jakarta per tahun yang mencapai Rp 500 miliar yang belum dapat dipenuhi dari penjualan tiket dan naming rights.

Harga di bawah Rp 2 Miliar Diburu

Managing Director Lamudi Indonesia Mart PolmanLamudi Managing Director Lamudi Indonesia Mart Polman
Untuk menjawab meningkatnya permintaan properti tersebut, kata Mart, pengelola MRT harus dapat mengintegrasikan antara light rail transit (LRT), dan jalur MRT serta properti berbasis TOD.

"Tidak bisa parsial. Harus dikembangkan lebih lanjut dengan sistem dan moda transit lainnya dengan trase lebih panjang, agar manfaatnya dapat dirasakan semua orang," cetus Mart.

Menurut Mart, ada daerah-daerah yang potensial dimanfaatkan secara maksimal. Daerah ini harga lahan dan propertinya lebih rendah, namun karena terkoneksi dengan MRT Jakarta mengalami peningkatan tajam

Sebut saja daerah Lebak Bulus dan sekitarnya. Demikian halnya kawasan fatmawati, Cipete, Haji Nawi, dan lain-lain.

Semakin baik konektivitasnya, semakin banyak keuntungan yang dimiliki properti di dekat LRT dan MRT.

Namun demikian, Mart tidak bisa berspekulasi, properti yang paling terdampak kehadiran MRT, terutama dari segi harga.

"Tetapi harapan saya adalah bahwa pada akhirnya itu mengikuti permintaan pasar. Sebagian besar akan menguntungkan properti dengan harga di bawah Rp 2 miliar," tuntas Mart.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com