JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden ketiga RI BJ Habibie meninggal dunia pada usia 83 tahun di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (11/9/2019) petang.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat memberikan keterangan, menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya BJ Habibie.
"Perkenankan saya atas nama seluruh rakyat Indonesia dan pemerintah menyampaikan duka mendalam. Pak Habibe kita kenal sebagai seorang ilmuwan kelas dunia, Bapak Teknologi Indonesia," kata Kepala Negara.
Sejumlah gagasan untuk bangsa dan negara telah diberikan BJ Habibie sepanjang hidupnya. Bahkan, jauh sebelum menjabat sebagai Presiden ketiga, Habibie telah memberikan kontribusinya.
Baca juga: BJ Habibie Meninggal Dunia di RSPAD
Salah satu yang paling fenomenal dalam pembangunan proyek infrastruktur yaitu Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta.
Proyek ini pertama kali digagas oleh Habibie ketika menjabat sebagai Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tahun 1985.
Saat itu, MRT belum dinyatakan sebagai proyek nasional, dan dia tengah mendalami berbagai studi dan penelitian demi menghadirkan transportasi massal berupa proyek MRT.
Ada empat studi yang dimaksud, yaitu Jakarta Urban Transport Program (1986-1987), Integrated Transport System Improvement by Railway and Feeder Service (1988-1989), Transport Network Planning and Regulation (1989-1992), dan Jakarta Mass Transit System Study (1989-1992).
Keempat studi itu kemudian ditindaklanjuti oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Sutiyoso (1997-2007). Konsep awalnya, MRT akan dibangun dengan konstruksi jalur bawah tanah yang disebut subway.
Pada 2005, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan proyek ini sebagai proyek nasional.
Setelah masa jabatan Sutiyoso berakhir dan digantikan Fauzi Bowo (Foke), PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta didirikan pada 2008.
Pada saat yang sama, pinjaman untuk tahap konstruksi ditandatangani, termasuk studi kelayakan pembangunan MRT.
Foke pun sempat bertemu dengan Habibie saat itu untuk mendapat masukan terkait kelanjutan proyek ini.
Setelah Foke tak lagi menjabat dan digantikan oleh Jokowi, peletakan batu pertama MRT dilakukan tepatnya pada 10 Oktober 2013.
Konstruksi pun dikebut ketika Jokowi naik menjadi Presiden. Hingga akhirnya pada 24 Maret 2019, proyek ini diresmikan.
Proyek infrastruktur lain yang juga digagas Habibie yakni Jalan Trans Papua. Namun pada saat itu, proyek sepanjang 4.330 kilometer yang terbentang dari Sorong hingga ke Merauke ini baru dikerjakan secara sporadis.
Pada era Presiden Jokowi, proyek ini kembali dikebut pekerjaannya. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono memperkirakan, seluruh proyek ini dapat tersambung pada 2020.
Jalan Trans Papua terbentang sepanjang wilayah Papua dan Papua Barat. Untuk wilayah Papua Barat, jalan tersebut terbentang mulai dari Sorong-Maybrat-Manokwari sepanjang 594,81 kilometer dan Manokwari-Mameh-Wasior-Batas Provinsi Papua sepanjang 475,81 kilometer.
Adapun untuk di provinsi Papua, jalan tersebut berada di Wamena-Habema-Kenyam-Mamugu (284,3 kilometer), Kwatisore (batas provinsi Papua)-Nabire (batas kota) sepanjang 203,32 kilometer, Nabire-Wagete-Enarotali (275,5 kilometer), dan Enarotahlaga-Mulia-Wamena (513,4 kilometer).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.