Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mart Polman
Direktur Utama Lamudi

Lahir di Belanda, April 1990, Mart Polman menyelesaikan pendidikan S1 Binsis Manajemen Internasional di Universitas Groningen, Belanda, pada 2014. Pada tahun yang sama, Mart menempuh pendidikan S2 Sekolah Bisnis dan Manajemen Universitas Rotterdam, Belanda, dan lulus pada 2015.

Sebelum menjadi Direktur Utama Lamudi pada 2015 hingga sekarang, Mart tercatat pernah mendirikan ChillSuits pada 2013, dan TruQ pada 2012. 

Menerka Bisnis Properti Jakarta Pasca Relokasi Ibu Kota Negara

Kompas.com - 11/09/2019, 16:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) secara resmi memutuskan pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), Senin (26/8/2019).

Tentu, bukannya tanpa sebab orang nomor satu di Indonesia itu merelokasi ibu kota negara, salah satunya karena Jakarta terlalu berat menanggung beban sebagai pusat pemerintah, pusat bisnis, pusat keuangan, pusat perdagangan dan jasa.

Saat ini pemerintah telah menunjuk sebagian Kabupaten Kutai Kertanegara dan Penajam Paser Utara sebagai ibu kota negara baru, proses pemindahannya akan dimulai pada akhir 2020.

Lalu bagaimana nasib bisnis properti di Jakarta setelah pusat pemerintahan dipindahkan?

Tidak sedikit pertanyaan tersebut diutarakan, terutama oleh para pelaku bisnis properti yang kadung menanamkan investasi properti di kota ini.

Banyak di antara mereka yang memprediksi bahwa properti Jakarta akan sepi peminat bahkan nilai jualnya akan menurun.

Bagi Anda yang memikirkan hal tersebut sebenarnya tidak perlu risau, karena pemindahan ibu kota tidak akan berpengaruh buruk terhadap bisnis properti di Jakarta.

Walaupun tidak menjadi ibu kota lagi, Jakarta akan tetap dikembangkan menjadi pusat perekonomian, bisnis, dan jasa berskala global.

Faktor inilah yang menjadi daya tarik guna mendatangkan pebisnis dan investor dari berbagai kota bahkan luar negeri, sehingga Jakarta masih memiliki potensi yang cukup kuat terhadap bisnis properti.

Tidak hanya itu, ketersediaan fasilitas umum dan aksesibilitas juga dipercaya akan membuat Jakarta tidak surut peminat. 

Terlebih, sudah banyak apartemen dan perkantoran di kota ini yang terkoneksi langsung dengan moda transportasi seperti light rail transit (LRT), bus rapid transit (BRT), dan mass rapid transit (MRT).

Dengan segala kelebihan tersebut, tak heran hingga detik ini berdasarkan data Lamudi Indonesia, Jakarta masih menjadi kota favorit pencarian rumah di dunia maya.

Rata-rata harga rumah di Jakarta sendiri paling murah dijual dari Rp 11 juta per meter persegi dan yang termahal mencapai Rp 62 juta per meter persegi.

Pemindahan pusat pemerintahan ini, sebenarnya persis seperti apa yang terjadi di Amerika Serikat, yaitu dari New York ke Washington DC. New York menjadi kota pusat ekonomi atau bisnis.

Masa depan bisnis properti di Kaltim cerah

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com