Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

The Lana, Pertaruhan Brewin Mesa di Alam Sutera

Kompas.com - 16/08/2019, 07:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Brewin Mesa. Nama ini memang masih relatif asing di telinga publik Indonesia. Tidak sementereng dan sebeken Sinarmas Land, ataupun Ciputra. 

Namun, di balik Brewin Mesa, terdapat sosok-sosok dengan reputasi istimewa yang telah malang melintang di dunia properti Hong Kong dan Singapura.

Perusahaan ini merupakan perkawinan antara Brewin Properties Pte. Ltd., yang berasal dari Keluarga Cheng, sebagai pengendali Wing Tai Asia, dan Mesa Investment Private Limited yang dimiliki Keluarga Kwee yang mengontrol gurita bisnis Pontiac Land Limited.

Di Alam Sutera, sebagai wilayah garapan perdana, keduanya menjalin aliansi strategis dengan Shenning guna mengembangkan apartemen dengan klasifikasi menengah bertajuk The Lana.

Baca juga: Pengembang Singapura Ekspansi di Alam Sutera

Shenning sendiri tercatat sebagai perusahaan dana ekuitas swasta yang dikelola oleh Shenning Investments Private Limited yang terdaftar dan diatur oleh Otoritas Moneter Singapura.

Akan tetapi, reputasi bagus di mancanegara tidaklah cukup untuk membuktikan sekaligus meyakinkan pasar Jakarta, terutama wilayah Alam Sutera, Tangerang, dan sekitarnya untuk serta merta membeli The Lana.

Progres Konstruksi The Lana telah mencapai level 2, Kamis (14/8/2019). Apartemen ini dijadwalkan serah terima pada akhir 2020.Dokumentasi Brewin Mesa Sutera Progres Konstruksi The Lana telah mencapai level 2, Kamis (14/8/2019). Apartemen ini dijadwalkan serah terima pada akhir 2020.
Sebelum mereka, telah lebih dulu hadir para pengembang yang membawa atribut lembaga investasi serba asing, entah dari Singapura, Hong Kong, maupun China.

Sayangnya, belum satu pun dari mereka yang mampu membuktikan proyeknya selesai tepat waktu. Perubahan desain, penambahan fitur, dan perubahan komposisi pemegang saham adalah alasan yang seringkali dikemukakan.

Akibatnya, pasar Alam Sutera, Tangerang, dan sekitarnya sempat hilang kepercayaan karena ulah para pengembang ini.

Tak hanya target serah terima yang meleset dari jadwal hingga hitungan tahunan, juga tak sedikit yang membawa lari uang konsumen, sementara fisik apartemen tak kunjung terbangun.

Ulah para pengembang nakal ini kemudian menjadi isu serius, hingga dibahas di tingkat Kementerian, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Pasalnya, selain merugikan konsumen dari proyek yang dibangun pengembang bersangkutan, juga dapat menggerus kepercayaan pasar secara luas terhadap keberlanjutan bisnis properti.

Menyadari hal demikian, Direktur Utama Brewin Mesa Sutera Bill Cheng memastikan dan menjamin pihaknya selalu memegang teguh komitmen untuk memberikan yang terbaik kepada para konsumen.

Menurutnya, tak ada alasan untuk menunda pembangunan karena semua hal yang terbaik, mulai dari arsitek, konsultan struktur dan konstruksi, hingga kontraktor adalah nama-nama mumpuni di bidangnya.

"Kami berkomitmen untuk memberikan kualitas terbaik. Karena itulah kami membawa tim terbaik, para konsultan terkemuka, termasuk Aedas dan Davy Sukamta and Associates, dan kontraktor nomor satu dunia yakni China State Construction Engineering Corporation (CSCEC) untuk mengerjakan The Lana," urai Bill menjawab Kompas.com, Kamis (14/8/2019).

Lanskap The Lana Alam SuteraDokumentasi Brewin Mesa Sutera Lanskap The Lana Alam Sutera
Bill mengharapkan, dipilihnya CSCEC yang telah mengerjakan sejumlah bangunan ikonik di China, serta tengah membangun menara kembar Indonesia One di kawasan Thamrin, dapat mempercepat konstruksi fisik The Lana.

Untuk itu, dia berani menargetkan serah terima unit-unit apartemen pada akhir 2020.

"Kami memulai pembangunan pada akhir 2018 lalu. Saat ini, konstruksi fisik sudah mencapai level 2," sebut Bill.

Direktur Utama China State Construction Overseas Development Shanghai, anak usaha CSCEC, Steven Lee menambahkan, perusahaan sangat selektif memilih pengembang yang diajak bekerja sama.

"Kami selalu bekerja dengan pengembang terbaik. Kami antusias dengan pencapaian konstruksi residensial pertama kami di Indonesia. Kami yakin ini akan menjadi yang terbaik di Jadebotabek," imbuh Steven.

Sejak diperkenalkan kepada publik pada 4 Oktober 2016 lalu, hingga pertengahan Agustus 2019, telah terserap sebanyak 250 unit dari total 496 unit yang dipasarkan dengan posisi harga aktual Rp 28 juta per meter persegi. 

"Pembelian unit terbanyak adalah tipe studio dan tiga kamar tidur," imbuh Bill.

Adapun dari profil pembeli, menurut dia, sebagian besar adalah investor dengan komposisi 60 persen berbanding end user 40 persen.

The Lana sendiri dilengkapi dengan sejumlah fitur khusus antara lain 3 kolam renang, skydeck, lounge, gym, dan lain-lain. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com